Baik dari sudut pandang ilmu pengetahuan ilmiah maupun praktek aplikasinya, ternyata semua aktivitas yang kita lakukan dalam proses kehidupan ini selalu menghasilkan dan memancarkan gelombang atau suatu frekuensi energi dapat bersifat positif mapun negatif. Sedangkan di dalam Ilmu fisika, benda yang diam saja memiliki energi yang disebut ”energi potensial”. Walaupun secara fisik kelihatannya benda itu diam, tetapi jutaan elektron yang ada di dalamnya tetap bergolak melakukan perputaran (rotasi) mengelilingi inti atomnya. Inisial positif dan negatif dari gelombang energi tersebut adalah untuk menunjukkan tinggi-rendahnya frekuensi energi yang dihasilkan.
Jadi dengan demikian semua aktivitas yang kita lakukan dalam proses peribadatan yang dikerjakan dengan baik dan sempurna menghasilkan sekaligus dapat memacarkan gelombang atau suatu frekuensi energi yang bersifat positip. Semakin khusyu’, baik dan sempurna setiap proses peribadatan yang di lakukan maka frekuensi energi yang dihasilkan akan semakin tinggi bahkan bisa mencapai tak terhingga. Kenapa bisa demikian ? Karena setiap proses peribadatan yang dilakukan dengan penuh khusyuk, yakin, ikhlas, sabar, tawadhu’, akan menyebabkan hati atau qolbu kita mengeluarkan getaran yang sangat halus, lembut, konstan, selaras, serasi dan harmonis dengan frekuensi energi yang sangat tinggi hingga tidak terbatas.
Frekuensi energi yang tinggi ini dapat menembus dan memancar ke segala arah, yang akan menggetarkan (me-resonansi) benda-benda lain disekitarnya (sesuai dengan hukum fisika), malah dapat menembus dimensi ruang, jarak, materi dan waktu. Sesuai dengan sifat energi, jika frekuensi gelombangnya dapat menembus angka 1014 atau lebih maka gelombang itu disebut gelombang cahaya yang memiliki kecepatan yang luar biasa cepatnya yaitu 186.000 mil/detik. Dalam pandangan para ahli medis bahwa energi positif bersifat memperbaiki kekacauan energi dan dapat menyembuhkan organ tubuh yang sakit, kecuali apabila organ tersebut telah mengalami kerusakan.
Secara umum orang yang mengalami sakit fisik maupun psikis, ditinjau dari konsep sistem energi tubuh dikatakan mengalami gangguan kestabilan energi atau mengalami kekacauan sistem energi dalam tubuh. Memang tidak semua penyakit dapat disembuhkan atau dikembalikan kesempurnaanya dengan proses menormalisasi sistem enegi seperti sediakala. Jika organ tubuh tersebut telah mengalami kerusakan, misalnya rusak secara fisik akibat kecelakaan, terpotong, patah, hancur dan lain sebagainya tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, menurut hasil kajian menemukan orang yang telah terpotong kaki atau tangannya masih dapat merasakan kehadiran benda atau meteri yang bersentuhan dengan wilayah bagian organ yang terpotong tersebut.
Dalam keadaan normal, sistem energi seseorang dikatakan stasioner. Sebaliknya ketika seseorang mengalami sakit, dikatakan sistem energinya sedang mengalami kekacauan atau tidak normal. Didalam Ilmu Fisika Modern kondisi seperti ini disebut ”Suatu Keradaan Ter-eksitasi”. Agar kondisi ter-eksitasi dalam tubuh ini kembali berjalan seeperti semula, maka diperlukan tindakan untuk mengembalikan kekacauan energi agar kestabilan sistem energinya menjadi normal kembali. Apabila kestabilan energi ini kembali normal maka orang akan menjadi sehat.
Upaya yang dilakukan disamping kita berobat dengan cara medis konvensional, dapat dilakukan melalui upaya mengembalikan kestabilan energi tubuh tersebut dengan melakukan transfer energi positif dari luar ketubuh atau bagian tubuh yang sakit, agar sistem energinya kembali normal. Kalau kita kaji lebih dalam pengobatan cara medis pada prinsipnya juga upaya mengembalikan kestabilan sistem energi dalam tubuh, misalnya dengan memakan obat kimia tertentu, melalui suntikan, tindakan operasi, penyinaran, physiotrapi dan lain-lain, demikian juga halnya menggunakan ramuan herbal tertentu. Semua tujuannya adalah untuk mengembalikan kestabilan sistem energi dalam tubuh. Jika kekacauan energi dalam tubuh orang yang sakit menjadi normal kembali, maka orang tersebut sehat kembali.
Dapat kita ambil sebuah ilustrasi, jika sebuah besi atau logam dapat kita ubah di jadikan besi magnet apabila susunan elektron-elektronnya dapat di atur mengikuti pola tertentu. Demikian juga sebaliknya jika besi magnet kita pukul-pukul maka susunan elektronnya menjadi kacau atau buyar, maka besi magnet tersebut menjadi kehilangan daya magnetisnya.
Sebatang besi biasa dapat kita jadikan besi magnet, jika kita lakukan gesekan dengan menggunakan besi magnet melalui pola gerak teratur, berurutan dengan arah gerakan lurus, maka susunan elektron besi biasa tersebut akan berobah mengikuti susunan eklektron besi magnet, sehingga besi biasa tersebut akan berobah menjadi magnet. Jika pola keteraturan susunan elektron-elektron tersebut dapat bertahan selamanya, maka logam biasa tersebut akan menajadi magnet permanen. Jadi dapat kita ambil pemahaman disini bahwa perubahan besi biasa menjadi magnet terletak pada pola keteraturan susunan elektron-elektronnya yang tersusun akibat gesekan, gerakan atau rangsangan dengan mengikuti pola yang terstruktur dan kontinyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar