SELAMAT DATANG DI BLOGGER POTD SATYA BUANA CABANG BENGKULU

Senin, 27 Juni 2011

Ikhlas Dalam Konteks Pemahaman Satya Buana.

Catatan : Ir. Nazamuddin *)
*) Penulis adalah Sekretaris Umum/Pelatih POTD Satya Buana Cabang Bengkulu

IKHLAS bukanlah kata yang asing bagi kita. Karena ajaran agama juga mengajak kita untuk selalu ikhlas, baik dalam beribadah maupun dalam menjalani proses kehidupan ini. Tapi, betapa banyak orang yang tidak mampu menghayati makna ikhlas sampai ke dalam lubuk hatinya ? Sederhana bahasanya, susah meraihnya. Padahal sebenarnya, ikhlas adalah bagian terpenting dari pencapaian tujuan hidup manusia. Di dalamnya terkandung makna kesabaran, kepasrahan, kerelaan, keredhaan, syukur, rasa terima kasih dan penerimaan apa adanya, yang memungkinkan manusia semakin dekat dengan Tuhan.
Dalam QS. Al-Bayyinah : 5; Allah telah berfirman : “Mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dan memurnikannya (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. Kemudian HR Abu Daud dari Nasi dari Abu Umamah Al Bahili ra mengatakan : “Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima amal itu, kecuali amal dari orang yang ikhlas dan yang mengharapkan keridhoan-Nya”.
Hati yang ikhlas tak hanya mampu menjauhkan diri kita dari stres dan penyakit apa saja. Tapi juga dapat membuat hidup kita dipenuhi kedamaian, kebahagiaan, ketenangan, kenikmatan, kesejahteraan, rasa syukur, dan berkah yang tak ada habis-habisnya. Menariknya, mencapai ikhlas ternyata kini ada teknologinya.

Ikhlas terletak pada niat di dalam hati. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah mengatakan : “Ikhlas adalah rahasia-Ku, Aku tempatkan ikhlas itu dalam hati orang yang Aku citai”. Karena itu belajar ikhlas bisa berarti belajar melihat dengan hati, mendengar dengan hati, membaca dengan hati, berbicara melalui hati, bertindak dengan hati, memahami dengan hati dan tentunya mengikuti kata hati. Kedengarannya memang mudah saja, karena sejak kecil kita sudah sering mendengarnya dari lagu, nasihat orang tua, guru, kiyai, ulama atau kata-kata para orang bijak. Hanya saja, kita tidak pernah tahu bagaimana cara mencapainya.
Oleh karena Ikhlas terletak pada niat di dalam hati, sedangkan kita tak mampu melihat dengan hati karena hati tak punya mata, kita tak mampu mendengar dengan hati karena hati tak punya telinga, kita tak biasa membaca dengan hati karena hati tak punya mata dan mulut, kita tak bisa berbicara melalui hati karena hati tak punya lidah, kita tak mampu bertindak dengan hati karena hati tak mampu memerintahkan tangan dan kaki, kita tak bisa memahami dengan hati dan tentunya mengikuti kata hati karena fungsinya telah diambil alih oleh otak.
Menuju kesempurnaan sebagai manusia Menurut Erbe Sentanu yang biasa dipanggil Nunu, pendiri Katahati Institute di Jakarta yaitu sebuah lembaga yang mengajarkan tentang ikhlas, Teknologi ikhlas merupakan program aplikasi praktis pertumbuhan dan pengembangan diri manusia Indonesia. Teknologi ini merupakan hasil pergulatan panjang proses pencarian dan percobaannya selama hampir 20 tahun, yang secara otodidak menggeluti dunia pengembangan diri (self development).
la menggabungkan semua kekuatan budaya Timur dan Barat, serta ilmu pengetahuan dan agama yang dipelajarinya, secara langsung melalui para jenius dari berbagai bidang dan latar belakang seperti Al-Jauziyah, Imam Ibnu Qayyim, Imam Ghozali, Deepak Chopra, Sandy MacGregor, Brian Tracy, Shri Shri Ravi Shankar, Harry Palmer, Maharishi Mahesh Yogi, dan masih banyak lagi. Teknologi ikhlas ini merupakan perpaduan dari Neumscience, Quantum Physics, Evolutionary Biology, Chaos Theory, Brain Science, juga Science of the Mind dengan tuntunan bijak falsafah hidup dan keagamaan.
Menurut Nunu, kesulitan mempelajari ikhlas adalah karena demikian sederhananya kata Ikhlas itu, sehingga pikiran kita malah sulit untuk mencernanya. Sehingga kita sering terkecoh, mulut kita berkata ikhlas atau seakan-akan kita telah berbuat dan bertindak ikhlas padahal kita tidak ikhlas, alasannya itu adalah ikhlas yang diciptakan oleh otak kita, padahal otak kita sering kotor, misalnya ingin dipuji, ingin dianggap dermawan, ingin dianggap orang baik, ingin mendapat balasan yang setimpal, agar disegani, dihormati dan lain sebagainya.
Selain itu, ikhlas memang aktivitas hati, sehingga untuk memahaminya kita harus mengistirahatkan pikiran (otak) dan mulai berlatih menggunakan hati. Jelasnya memindahkan kesadaran kita dari otak ke dalam hati. Nah ! disinalah letak kesulitannya, karena manusia kebanyakan, apalagi sekarang lebih mendewakan pikiran didalam otaknya dari pada kemampuan berfikir hatinya, malah celakanya lagi mereka tidak percaya bahwa hati memiliki kemampuan berfikir ribuan kali lipat dari otak yang ada di kepala. Akhirnya dia seakan-akan seonggok makhluk yang tak punya hati, sering jadi pendonor hati ngkali yaa !!
Untuk mencapai ikhlas, sekaligus kembali kepada kondisi fitrah dasar manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, ternyata tekniknya sederhana saja. Yang perlu dilakukan hanyalah menghapus berbagai sifat ketidakmuliaan manusia yang sempat terprogram di dalam otak yang dikuatkan oleh hati atau alam bawah sadar. Sifat ketidaksempurnaan ini terdiri dari berbagai nafsu yang menimbulkan perasaan serba tidak cukup, serba kekurangan, takut tidak sukses, takut disaingi, atau sebaliknya, merasa lebih dari yang lain sekaligus takut gagal, dll. Dengan membersihkan sifat-sifat ketidaksempurnaan tersebut, maka secara otomatis kita akan kembali merasa dan mulai menikmati hidup yang penuh dengan kesempurnaan. Untuk sampai ke kesempurnaan hidup ini, kita bisa memulainya dengan mengenali perasaan-perasaan kita.
Namun celakanya, saat ini banyak sekali yang bernama manusia sudah kehilangan perasaannya alias tak berperasaan, yaa mau apalagi, jangankan mengenali perasaannya, perasaannya aja sudah nggak punya, maka berkeliaranlah manusia-manusia yang tak berperasaan di bumi Tuhan ini. Manusia yang tak berperasaan identik dengan manusia yang tak punya hati nurani. Manusia yang tak punya hati nurani tingkah lakunya tak ubahnya bagaikan binatang malah lebih jelek dari binatang. Jadi yang harus dilakukan adalah melatih mereka untuk mengembalikan perasaannya yang telah hilang, sehingga ia akan kembali lagi menjadi manusia yang seutuhnya yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan memiliki hati nurani, serta sifat-sifat kemuliaan.
Neeeh ! seandainya suatu ketika ada orang yang tiba-tiba tak ada angin tak ada badai mengatai-ngatai anda manusia yang tak berperasaan, misalnya : ”Sungguh kamu benar-benar manusia tak berperasaan !!”. Hati-hati.... jangan marah dulu, periksa dulu perasaan anda jangan-jangan memang sudah pergi menghilang, lenyap (minggat) meninggalkan diri anda. Setelah anda periksa ternyata masih utuh seperti sediakala, maka anda tak perlu marah dikatain seperti itu, sabar saja dan ikhlas (nerimo dengan legowo), senyum-senyum simpul gitu lho ... ! (tapi jangan keterusan, bisa bahaya dianggap orang nggak waras hehehe !).
Mungkin yang ngatain anda itulah ternyata memang tak punya perasaan alias tak berperasaan, sebab dia sendiri yang tak punya kepekaan rasa (tak punya nyali) untuk mendeteksi bahwa anda sebenarnya masih punya perasaan yang masih utuh, lengkap, baik dan sempurna. Inilah yang disebut dengan Hukum Pembuktian Terbalik (istilah kerennya: The Law of Contradiction Facto).
Nah ! ini termasuk latihan mencerdaskan perasaan (Sense of Intelegensia Quotient) menuju ke ikhlasan namanya. Pernah denger belum ... makanya banyak-banyak membaca Mas .. Mbak. Beli bukunya, jangan taunya beli mie pangsit aja, nanti kena kanker baru tau rasa lhu !!.
Perasaan adalah energi.
Lebih jauh, Nunu juga menjelaskan bahwa pada dasarnya perasaan adalah energi yang bergerak. Sifat energi adalah kekal, karena itu tidak bisa dimusnahkan, tapi dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain. Atas dasar itu, kita bisa mengenali, menyadari, dan mengelola perasaan-perasaan kita. Dan satu hal penting yang perlu kita sadari adalah bahwa perasaan juga merupakan kunci untuk memahami diri kita dan menemukan diri yang sejati.
Menurut Nunu, sebaiknya kita selalu melakukan segala sesuatu hanya dengan perasaan damai, menerima, dan berani. Karena itu akan membuat kita lebih bahagia dan efektif dalam menjalani kehidupan maupun karier.
Tapi apa yang bisa dilakukan ketika kita terjebak oleh perasaan negatif. Biasanya yang dilakukan orang adalah mengabaikannya, dengan cara melakukan hal-hal lain yang dianggap lebih menyenangkan, misalnya rekreasi, mendatangi cafe-cafe, tempat-tempat hiburan, panti-panti pijat, minum-minum, atau berbagai kesibukan lain yang disukainya. Sayangnya, perasaan yang diabaikan ini hanya akan bersembunyi sementara saja di alam bawah sadar dan tidak langgeng, suatu saat ia akan muncul kembali ke permukaan dan akan menggerogoti kita kembali. Perasaan itu tidak akan lenyap sebelum dibebaskan.
Begitu juga kalau perasaan negatif tadi kita ungkapkan atau ekspresikan langsung. Biasanya justru akan mendatangkan masalah yang baru, contohnya jika kita menonjok orang yang membuat kita kesal, hasilnya hanyalah orang itu akan membalas menonjok kita, kalau anda nggak punya ilmu beladiri gimana ... bisa babak belur ... masuk rumah sakit, wah ! cilaka jadinya. Atau mengadukan anda kepihak yang berwajib atau KOMNASHAM, kan jadi masalah baru. Repot jadinya. Atau kalau kita tidak berani membalas, mungkin dia akan marah-marah, malah kita yang sakit hati karena tidak senang dimarahi, rasa sakit hati ini tanpa disadari jika terus menerus menghantui kita ujung-ujungnya jadi penyakit; seperti dendam tak sudah, darah tinggi, jantung, migren, vertigo, diabettes, asam urat, dan lain sebagainya.
Jadi yang terbaik adalah dengan mengikhlaskan atau membebaskan perasaan itu, bukan melawannya. Jika anda melawannya dia akan melawan juga sehingga akan terjadi peperangan didalam bathin anda, akibatnya anda kacau malah stress. Kalau menurut pendapat saya itu adalah memang bahagian dari scenario kehidupan yang harus terjadi yang telah diatur oleh si Sutradara Yang Maha Agung, ya jalani saja atau nikmati saja sebagai sebuah scenario, jalani dengan lapang dada (ikhlas). Dengan begitu, energi penyebab ketidaknyamanan tadi akan lenyap dan kemudian akan diisi tempatnya oleh energi keikhlasan. Rasa tak nyaman yang menyertainya pun akan ikut lenyap. Memang tidak gampang, kalau gampang dunia ini akan aman, pasti dimana-mana kita akan selalu ketemu dengan manusia-manusia yang berhati ikhlas dan pemaaf, jadi semua itu harus terus menerus dilatih.
Mengenai tekniknya, Nunu menyebutnya sebagai ”meditasi rasa”. Meditasi ini bisa kita lakukan setiap saat dan bermanfaat untuk membebaskan kita dari energi-energi negatif yang membuat kita merasa tidak nyaman dan berpotensi menimbulkan penyakit. Sehingga akhirnya dalam hati akan muncul perasaan bebas, ringan, dan benar- benar plong cess .. pleng gitu lho ... !!. Kita pun jadi mampu berpikir lebih jernih dan melihat tujuan hidup dengan lebih jelas dan terang benderang.
Damai dan bahagia karena ikhlas.
Satu hal yang pasti, keikhlasan akan mendekatkan manusia kepada kebahagiaan. Karena kebahagiaan sejati, yang merupakan salah satu getaran tertinggi di alam semesta, hanya bisa ditemukan di dalam hati yang ikhlas. Begitu pula dengan kedamaian dan kesuksesan yang sejati. Jadi, sia-sia saja jika kita masih berusaha mencarinya di luar diri dengan memuaskan segala keinginan dan menutupi ketidakcukupan yang tidak berujung.
Semua itu bisa dibuktikan dengan orang yang telah berpengalaman yang telah mempraktikkan ikhlas dalam kehidupannya sehari-hari. Pada umumnya mereka semua memperlihatkan perubahan yang positif dalam kehidupannya.
Simak saja contoh pengalaman seorang aktivis LSM yang tadinya perokok berat, setelah ikhlas untuk berhenti merokok ia menjadi mampu berhenti merokok dengan sendirinya. Juga Ferdi, pria muda yang sudah sedemikian lama tidak mampu memaafkan ayahnya karena masalah berat di antara mereka, setelah ikhlas memaafkan ayahnya ia menjadi begitu mudah memaafkan, bahkan siapa saja.
Tak terhitung jumlah mereka yang mendapatkan kemudahan dalam hidup maupun kesuksesan dalam berusaha. Atau, terbebas dari masalah keluarga yang telah berlangsung lama. Begitu juga peningkatan dalam hal kesehatan, karena secara otomatis muncul pula kesadaran untuk mempraktikkan pola hidup dan pola makan yang sehat.
Yudhi Sujana, seorang instruktur di Katahati juga menuturkan pengalamannya ketika membantu seorang ibu menurunkan berat badannya. Ibu tersebut telah lama berusaha menurunkan berat badannya dengan berbagai cara tapi tak satu pun yang bisa berhasil membuatnya langsing. Kalaupun berhasil biasanya tidak bisa bertahan lama. Tapi dengan ikhlas ia menerima kondisinya, kini tubuhnya justru bisa menjadi langsing dan hal itu bersifat permanen.
Nampaknya ikhlas memang tidak cukup hanya kita baca, ucapkan dan kita mengerti saja. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, setujukah Anda ? Yaa.... Terserah !! anda nggak perlu bayar untuk mencari ikhlas, karena dia ada didalam diri anda sendiri (N) .

Latihan konsentrasi dalam Satya Buana.

Catatan : Ir. Nazamuddin *)
*) Penulis adalah Sekretaris Umum/Pelatih POTD Satya Buana Cabang Bengkulu

Latihan konsentrasi dilakukan dengan cara :
Duduk bersila dengan punggung, leher diluruskan, lengan tangan lurus diletakkan di atas lutut dengan posisi telapak terbuka menghadap ke atas, mata terpejam dengan bola mata diangkat 200 ke atas, pastikan diri kita berada di dalam tabung sinar putih yang memancar dari bawah ke atas tak terhingga, pusatkan kalimat dzikir “Laa ilaaha illallaah” di kundalini (tiga jari di bawah perut/pusat) dipandu bersama-sama oleh hati dan fikiran. Jika terjadi perobahan lafadz dzikir selama latihan konsentrasi ikuti saja, jangan dilawan yang penting diingat masih dalam koridor mengetarkan Asma-asma Allah. Latihan konsentrasi ini dilakukan selama 10 – 15 menit.
Olah Nafas.
Olah nafas meliputi :
a. duduk nafas pemanasan.
b. nafas dalam gerak jurus.
c. pengintian niat.
d. duduk nafas pendinginan.
e. nafas gerak jurus penutup.
f. duduk nafas tafakur.

Sistem Nafas Dalam Gerak Jurus.
Sistem pernafasan dalam gerak jurus terdiri dari nafas tarik, nafas tahan dan nafas lepas/tolak; nafas tarik panjang halus dan lepas panjang halus; dan nafas lepas panjang halus – tarik panjang halus dan lepas panjang halus (nafas berirama) yang kesemuanya dilakukan melalui sistem pernafasan perut (nafas kundalini).
Nafas tarik : adalah menarik oksigen sebanyak-banyaknya melalui organ pernafasan langsung mengarah ke kundalini.
Nafas tahan : adalah menahan nafas di kundalini secara maksimal sehingga terjadi ketekoran oksigen dalam tubuh.
Nafas lepas/tolak : adalah mengeluarkan nafas melalui organ pernafasan sampai tuntas. Menarik atau melepas nafas dapat dilakukan dengan halus dan pelan atau cepat dan keras, tergantung sistem pernafasan pada tingkat/jenjang tertentu.

Nafas gerak jurus pada tingkat atau jenjang tertentu agar mendapatkan hasil yang diinginkan harus melalui tahapan sebagai berikut :

a. Optimalisasi Oksigen (OO.)

Yaitu menghirup udara melalui hidung sebanyak-banyaknya langsung ke kundalini bersama dengan gerakan awal tangan dan kaki, agar kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar sari-sari makanan dalam tubuh cukup untuk menghasilkan energi. 

b. Tekor Oksigen (TO).

Menahan nafas sampai pada hitungan atau lama gerakan-gerakan tertentu, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh makin lama makin habis dan mengalami ketekoran oksigen. Pada saat terjadi ketekoran, darah menjadi masam sehingga terjadi induksi elektron dalam tubuh kita.

c. Naluri Oksigen (NO)

Pada jarak tertentu ketika tubuh mengalami ketekoran oksigen, secara naluri tubuh kita akan menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut, sehingga penyekat-penyekat tubuh terbuka, tubuh menjadi sensitif dan peka. Pada saat kondisi seperti ini peserta harus lebih konsentrasi terhadap niat dan dzikir agar tidak terkontaminasi oleh energi yang tidak diridhoi Allah SWT. Kemampuan manusia untuk melakukan sistem pernafasan gerak melalui tahapan OO, TO dan NO rata-rata normal 19 hitungan gerak jurus.

Meluruhkan Penyakit Hati Dengan Getaran Energi Positif (Ilahiyah).

Catatan : Ir.Nazamuddin

        Baik  dari  sudut pandang  ilmu pengetahuan ilmiah maupun praktek aplikasinya,  ternyata semua aktivitas yang kita lakukan dalam proses kehidupan ini selalu menghasilkan dan memancarkan gelombang atau suatu frekuensi energi  dapat bersifat positif mapun negatif.  Sedangkan di dalam Ilmu fisika,  benda yang diam saja memiliki energi yang disebut ”energi potensial”.  Walaupun secara fisik kelihatannya  benda itu diam, tetapi jutaan elektron yang ada di dalamnya tetap bergolak melakukan perputaran (rotasi) mengelilingi inti atomnya.  Inisial positif dan negatif dari gelombang energi tersebut adalah untuk  menunjukkan tinggi-rendahnya  frekuensi energi yang  dihasilkan.  
        Jadi dengan demikian semua aktivitas yang kita lakukan dalam proses  peribadatan yang  dikerjakan  dengan  baik dan sempurna  menghasilkan  sekaligus  dapat memacarkan gelombang atau suatu frekuensi energi yang bersifat positip.  Semakin khusyu’, baik dan sempurna  setiap proses peribadatan yang di lakukan maka frekuensi energi yang dihasilkan akan semakin tinggi bahkan bisa mencapai tak  terhingga.   Kenapa bisa demikian ?  Karena setiap proses peribadatan yang dilakukan dengan penuh khusyuk,  yakin, ikhlas, sabar, tawadhu’, akan menyebabkan hati atau qolbu kita mengeluarkan getaran yang sangat halus, lembut, konstan, selaras, serasi dan harmonis dengan frekuensi energi yang sangat tinggi hingga tidak terbatas.
        Frekuensi energi yang tinggi ini dapat  menembus dan memancar ke segala arah, yang akan menggetarkan (me-resonansi)  benda-benda lain disekitarnya (sesuai dengan hukum fisika),  malah dapat menembus dimensi ruang, jarak, materi  dan waktu.  Sesuai dengan sifat energi,  jika frekuensi  gelombangnya dapat  menembus angka 1014 atau lebih maka gelombang itu disebut gelombang cahaya   yang memiliki kecepatan yang luar biasa cepatnya yaitu 186.000 mil/detik.   Dalam  pandangan  para ahli  medis bahwa energi positif bersifat memperbaiki kekacauan energi dan dapat menyembuhkan organ tubuh yang sakit,  kecuali  apabila organ tersebut telah mengalami kerusakan.  
        Secara umum orang yang mengalami sakit fisik maupun psikis, ditinjau dari konsep sistem energi tubuh dikatakan mengalami gangguan kestabilan energi atau mengalami kekacauan sistem energi dalam tubuh.  Memang tidak semua penyakit dapat disembuhkan atau dikembalikan kesempurnaanya  dengan  proses menormalisasi sistem enegi seperti sediakala.  Jika organ tubuh tersebut telah mengalami kerusakan, misalnya rusak secara fisik akibat kecelakaan, terpotong, patah, hancur dan lain sebagainya tidak bisa dikembalikan seperti semula.   Namun, menurut hasil kajian menemukan orang yang telah terpotong kaki atau tangannya masih dapat merasakan kehadiran benda atau meteri yang bersentuhan dengan wilayah bagian organ yang terpotong tersebut.
         Dalam keadaan normal, sistem energi seseorang dikatakan stasioner.   Sebaliknya ketika seseorang mengalami sakit, dikatakan sistem energinya sedang mengalami  kekacauan  atau tidak normal.   Didalam Ilmu Fisika Modern kondisi seperti ini disebut ”Suatu Keradaan Ter-eksitasi”.  Agar kondisi ter-eksitasi dalam tubuh ini kembali berjalan seeperti semula, maka diperlukan tindakan untuk mengembalikan kekacauan energi agar kestabilan sistem energinya menjadi normal kembali.  Apabila kestabilan energi ini kembali normal maka orang akan menjadi sehat. 
            Upaya yang  dilakukan disamping kita berobat dengan cara medis konvensional,  dapat dilakukan melalui upaya  mengembalikan kestabilan energi tubuh tersebut dengan melakukan transfer energi positif dari luar ketubuh atau bagian tubuh yang sakit, agar sistem energinya kembali normal.  Kalau kita kaji lebih dalam pengobatan cara medis pada prinsipnya juga upaya mengembalikan kestabilan sistem energi dalam tubuh,  misalnya dengan memakan obat kimia tertentu, melalui suntikan,  tindakan operasi, penyinaran, physiotrapi dan lain-lain, demikian juga halnya menggunakan ramuan herbal tertentu.  Semua tujuannya adalah untuk mengembalikan kestabilan sistem energi dalam tubuh.  Jika  kekacauan energi dalam tubuh orang yang sakit menjadi normal kembali, maka  orang tersebut  sehat kembali.  
        Dapat kita ambil sebuah ilustrasi,  jika sebuah besi atau logam  dapat kita  ubah  di jadikan besi magnet  apabila susunan elektron-elektronnya dapat di atur mengikuti pola tertentu.   Demikian juga sebaliknya jika besi magnet kita pukul-pukul maka susunan elektronnya menjadi kacau atau buyar, maka besi magnet tersebut menjadi kehilangan daya magnetisnya.
        Sebatang besi biasa dapat kita jadikan besi magnet, jika kita lakukan gesekan dengan menggunakan besi magnet melalui pola gerak teratur, berurutan dengan arah gerakan  lurus, maka susunan elektron besi biasa tersebut akan berobah mengikuti susunan eklektron besi magnet, sehingga besi biasa tersebut akan berobah menjadi magnet.  Jika pola keteraturan susunan elektron-elektron tersebut dapat bertahan selamanya, maka logam biasa tersebut akan menajadi magnet permanen.    Jadi dapat kita ambil pemahaman disini bahwa perubahan besi biasa menjadi magnet terletak pada pola keteraturan susunan elektron-elektronnya yang tersusun akibat gesekan, gerakan  atau rangsangan dengan mengikuti pola yang terstruktur dan  kontinyu. 

Selasa, 14 Juni 2011

PEDOMAN KEPELATIHAN DAN KEILMUAN SATYA BUANA

Sebelum memasuki pejelasan tentang sinergisitas  antara Kaedah Hukum-hukum Fisika/Metafisika terhadap Proses Fisiologis yang terjadi dalam tubuh para peserta aktif  Pelatihan Olah  Tenaga Dalam Satya Buana  untuk masing-masing Tingkat dan Jenjang ke pelatihan sebagai kelanjutan  dari pemahaman umum  tentang gelombang bioelektromagnetik,  anatomis tubuh,  proses fisiologis dan psichologis tubuh manusia, ada baiknya kami jelaskan sekilas gambaran tentang Tingkat dan Jenjang yang ada di dalam ke Pelatihan Satya Buana,  Falsafah dan Niat masing-masing Tingkat dan Jenjang.   Ada baiknya juga kami berikan sedikit gambaran umum tentang  Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana sebelum kita masuk kedalam materi bahasan sesuai dengan judul buku ini;   agar pembaca, pemerhati dan pengamat bahkan peminat,  sedikit mendapat gambaran tentang  ke- Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana (bagi Peminat yang ingin mengetahui lebih jauh dapat membaca Buku Pedoman Umum Satya Buana, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga   serta  Pedoman Kepelatihan Satya Buana).


PEDOMAN PELATIHAN DAN SILABUS

Setiap peserta POTD Satya Buana agar proses latihan memberi hasil yang maksimal maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Pedoman  Umum Kepelatihan Satya Buana.

Pedoman umum yang harus diikuti dan dilakukan oleh peserta pelatihan yang berlatih harus melalui tahapan latihan sebagai berikut :

1.    Melakukan doa pembukaan.
2.    Duduk nafas pemanasan.
3.    Gerak jurus Pemula dan Tiga Serangkai (wajib untuk peserta di atas TS).
4.    Gerak jurus pada tingkat dan jenjang masing-masing. (porsi latihan harus dipenuhi).
5.    Pengintian niat dan pelepasan medan niat.
6.    Duduk nafas pendinginan.
7.    Jurus penutup.
8.    Doa Penutup.

Beberapa istilah yang terkait dengan Kepelatihan, yaitu:

NIAT.

Niat adalah suatu akumulasi keinginan yang terprogram di dalam otak dan dikuatkan dalam hati.  Di dalam Kepelatihan Satya Buana, Niat adalah sebuah akumulasi energi yang diprogram melalui otak yang  tertanam didalam hati dalam mencapai suatu tujuan.   Sedangkan didalam khasanah  Islam niat merupakan penentu dari setiap perbuatan  (amal) seseorang,  sesuai dengan Hadis Rasulullah mengatakan:  “Segala sesuatu Amal perbuatan seseorang tergantung pada niatnya, jika niatnya baik maka hasilnya akan baik, sebaliknya jika niatnya  jahat  hasilnya akan jahat juga”. Menurut pandangan pemikir Islam yang mu’tabar dalam membahas persoalan niat dan khusyuk,  Muhammad Al-Qardhawi menjelaskan definisi niat sebagai berikut:
  1. Niat adalah suatu kemauan yang kuat.
  2. Niat adalah tujuan yang terbetik didalam hati.
  3. Niat adalah dorongan hati yang dilihat sesuai dengan tujuan, baik berupa rumusan demi mendatangkan manfaat atau menghindarkan diri dari mudarat, baik fisik-material maupun psikis-spiritual.
  4. Niat adalah tujuan sesuatu yang disertai dengan pelaksanaannya.
  5. Hakikat   niat  adalah pengaitan tujuan dengan hal tertentu yang dituju.

Imam Al-Ghazali menyimpulkan pendapat yang berkembang ketika mencba menjelaskan hakikat khusyuk, antara lain adalah: (1).  Kehadiran hati,  (2).  Mengerti apa yang dibaca dan diperbuat, (3).  Mengagungkan nama Allah SWT, (4).  Merasa penuh harap kepada ALLAH,  (5).  Merasa malu terhadap-Nya.

Dalam Al-Quran Allah berfirman:

“… Sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang meyakini bahawa mereka akan kembali (bertemu) kepada-Nya”. (QS.  Al-Baqarah [2]: 45-46)

Di dalam Kepelatihan Satya Buana,  Niat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a.    Niat meliputi niat umum yaitu yang telah ditentukan dalam hakekat Satya Buana.
b.    Niat khusus yaitu niat yang ditentukan di masing-masing tingkat/jenjang atau jurus.

DISIPLIN.

Disiplin adalah suatu pernyataan sikap tunduk dan taat terhadap azas, norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan serta dengan kesadaran tinggi  melaksanakan sikap tersebut.  Sikap disiplin ini sangat   dituntut  kepada setiap anggota  Satya Buana agar proses kepelatihan dapat berjalan dengan baik  sehingga  tercapai hasil yang optimal.  Setiap insan Satya Buana harus mendisiplinkan diri dalam beberapa hal,   yaitu :

c.    Disiplin mengikuti aturan-aturan pelatihan di antaranya : konsentrasi niat dan dzikir, pernafasan dan gerak-gerak jurus.
d.    Disiplin pemenuhan porsi latihan, baik latihan rutin maupun porsi kenaikan tingkat atau jenjang.
e.    Disiplin mengikuti aturan atau instruksi pelatih.
KEYAKINAN.

Keyakinan adalah  suatu kebulatan tekad yang kuat dari niat yang telah di ikrarkan peserta untuk mempercayai setiap proses kepelatihan yang ia tekuni akan berhasil dengan baik dan bernanfaat bagi dirinya maupun orang lain.  Dalam proses latihan setiap insan peserta latihan harus meyakini apa yang diniatkan dan yang dilakukan akan terwujud baik secara langsung atau tidak langsung tentunya atas ridho Allah SWT.

IKHLAS.

Ikhlas adalah  sikap menerima dengan tulus  tanpa syarat dan menyadari setiap proses yang terjadi selama   mengikuti kepelatihan Satya Buana  merupakan  sesuatu hal wajar.  Setiap proses pelatihan tentunya terjadi suatu proses pelepasan limbah dalam rangka menuju sehat jasmani, rohani dan mental, mewujudkan kondisi fitrah, maka setiap peserta harus ikhlas menerima kenyataan sebagai akibat dari latihan tersebut dan pasrah hanya kepada Allah.  Secara rinci ikhlas akan kita bahas dalam sesi tersendiri.

 Hakekat ke Pelatihan Satya Buana.

             Hakekat Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana adalah suatu usaha manusia dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan potensi bioenergi dalam tubuh melalui rangsangan serapan daya inti bumi dan prana alam yang insya Allah dengan ridho-Nya dapat mewujudkan manusia yang utuh dengan kondisi fitrah yang selaras-serasi-seimbang, sehingga secara naluri alamiah berfungsi secara aktif otomatis, menjadikan pribadi yang berjati diri,  yang sehat jasmani dan rohani.

9.    Tujuan Umum ke Pelatihan Satya Buana.

Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana bertujuan adalah membina para peserta pelatihan secara rohani, mental, fisik dan sosial dengan kegiatan olah raga yang berintikan Olah Tenaga Dalam, sehingga mampu mengenali jati dirinya, memiliki kepekaan yang diridhoi Allah dan mampu mengamalkan kemampuannya untuk kemanusiaan dalam mencapai keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya.

     1. 1   Tujuan  Jangka  Pendek.

a.    Melaksanakan sosialisasi dan pemasyarakatan  Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana di berbagai lapisan masyarakat.
b.    Melaksanakan penjaringan penerimaan calon peserta baru  Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana untuk setiap periode 4 (empat) bulanan.
c.    Memberikan penjelasan tentang hakekat dan tujuan Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana secara jelas dan transparan kepada calon peserta baru maupun masyarakat lainnya.
d.    Melaksanakan pelatihan peserta pra-Pemula sesuai dengan silabus dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana.
e.    Melaksanakan evaluasi peserta dan penyelarasan peserta Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana dari berbagai tingkatan untuk setiap periode 4 (empat) bulanan.
f.    Melaksanakan pelatihan calon pelatih (Training Of  Trainer/TOT) dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan jumlah peserta yang semakin meningkat jika dianggap perlu dan peningkatan profesionalisme tenaga pelatih.
g.    Melaksanakan kegiatan Bhakti Sosial yang merupakan perwujudan pengabdian masyarakat sesuai dengan hakekat dan tujuan Satya Buana secara ikhlas di bawah rihdo Allah.
h.    Melaksanakan kegiatan sarasehan, sosialisasi, seminar dan pengkajian/analisis dalam rangka mempererat tali silaturahmi di antara anggota dari berbagai tingkatan.

     1.2.    Sasaran dan Out-put (Keluaran).
2.  
a.    Terlaksananya kegiatan sosialisasi dan pemasyarakatan Pelatihan Olah Tenaga Dalam  Satya  Buana  baik  komunikasi  antar  individu maupun publikasi melalui  media cetak, elektronik, spanduk, liflet, brosur dan lain-lain.
b.    Terlaksananya penjaringan calon peserta baru Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana untuk setiap periode 4 (empat) bulan.
c.    Terlaksananya penjelasan dan pemahaman tentang hakekat dan tujuan  Satya Buana kepada calon peserta baru secara baik dan komprehensif.
d.    Terlaksananya pelatihan peserta pra-Pemula selama 12 hari untuk setiap periode penerimaan 4 (empat) bulanan sesuai dengan silabus dan jadwal yang telah ditetapkan.
e.    Terlaksananya  evaluasi peserta dan penyelarasan peserta Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana dari berbagai tingkat untuk setiap periode 4 (empat) bulanan.
f.    Terlaksananya pelatihan calon pelatih dan Tenaga peng-Husada (Training Of  Trainer/TOT) dan menghasilkan calon pelatih dan tenaga peng-Husada yang professional sesuai dengan tuntutan program yayasan, jika dianggap perlu serta peningkatan profesionalisme tenaga pelatih dan peng-Husada secara berkesinambungan.
g.    Terlaksananya kegiatan Bhakti Sosial, meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan peng-Husada terhadap pasien baik di klinik Yayasan maupun di luar klinik.
h.    Terlaksananya kegiatan sarasehan, sosialisasi, seminar dan pengkajian analisis keilmuan dalam rangka peningkatan dan mempererat tali silaturahmi antar peserta dari berbagai tingkatan.


1.3.     Out Come  (Hasil).

a.     Meningkatnya ibadah para peserta Satya Buana kepada Allah SWT secara ikhlas sehingga akan kembali kepada kondisi fitrah dengan ridho Allah SWT.
b.     Meningkatnya analisa dengan akal/mengenali jati diri dan lingkungan bagi peserta Satya Buana dalam rangka mengantarkan pribadi  manusia menjadi hamba yang pandai bersyukur.
c.       Terwujudnya kondisi 0 (nol) bagi diri pribadi peserta guna menetralkan gangguan sakit fisik dan jiwa akibat disfungsi organ tubuh, kekacauan metabolisme tubuh atau depresi mental serta menetralisir gangguan luar antara lain niat jahat orang lain, serangan kekuatan ekstra, ilmu hitam, guna-guna, santet dan sebagainya.
d.     Terwujudnya kondisi 0 (nol) untuk orang lain khususnya anggota keluarga, menetralisir gangguan fisik dan mental ataupun meneteralisir serangan/gangguan dari luar akibat kesyirikan dan kedengkian orang lain yang bersifat energi ekstra negatif.
e.       Terwujudnya kondisi 0 (nol) guna membangkitkan dan mengembangkan potensi indrawi baik panca indra maupun indra ke enam, meningkatkan daya fikir, penalaran, minat dan bakat sesuai dengan kodratnya serta cakrawala pandang yang luas demikian juga meningkatkan keweningan dan keheningan fitrah sukmawi yang ilahiah bagi para anggota.

Metodologi ke Pelatihan.

3.    Metode pelatihan pra-Pemula adalah kombinasi dari pola konsentrasi, pola olah nafas segi tiga, pola gerak jurus Satya Buana dan dzikir qalbu “Laa ilaaha  illallah” secara ikhlas mengharapkan ridho Allah.
4.    Kegiatan kesekretariatan, organisasi/pengkajian/pengembangan ilmu, penjaringan peserta baru, bhakti sosial, pelatihan tenaga pelatih, latihan rutin, bidang usaha, pelatihan pra pemula, evaluasi anggota dan sarasehan dilaksanakan oleh masing-masing seksi yang telah ditetapkan sesuai dengan surat keputusan.
5.    Setiap insan calon peserta atau anggota Satya Buana adalah diasumsikan sebagai insan yang terpolusi sehingga harus berusaha memecahkan problem hidup masing-masing yang berkaitan dengan masalah kesehatan jasmani, mental dan  rohani.
6.    Agar dapat terbebas dari segala polusi baik jasmani, mental/spiritual  dan rohani setiap peserta secara disiplin melaksanakan latihan olah tenaga dalam sehingga dapat mencapai kondisi sehat jasmani, mental/spiritual dan rohani, terwujudnya kondisi fitrah, tercapainya kepuasan hidup, kesejahteraan hidup serta ketentraman hidup sehingga diharapkan para anggota dapat menjadi insan yang pandai bersyukur kepada Allah SWT dinyatakan dalam implementasinya yaitu ketaatan beribadah kepada Allah SWT (akhlaqul karimah adalah insan yang bertaqwa dalam wujud sebenar-benarnya taqwa).
7.    Dalam menyampaikan materi kepelatihan kepada peserta dengan metode andragogi (metode pendidikan orang dewasa) dengan pokok-pokok  materi sebagai berikut :

Penghormatan.
Penghargaan.
Kesopanan/budi pekerti.
Pengertian.
Bimbingan.
Kesabaran.
Ketelatenan.
Keteladanan.
Keikhlasan.
Keyakian dll.

 Materi Pelatihan.

    Materi Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana adalah merupakan materi yang harus difahami dan dimengerti oleh setiap peserta pelatihan.

    Materi pelatihan terdiri dari :

1.    Materi Keilmuan.

Materi keilmuan adalah materi yang bersifat umum dan terperinci yang disusun oleh Pembina Satya Buana sebagai sumber keilmuan.
 
2.    Materi Terapan.

Materi terapan merupakan materi tambahan yang disusun sebagai terapan dalam pengamalan keilmuan.

3.    Materi Pedoman Pelatihan.

      Kurikulum sebagai pedoman pelatihan adalah pedoman yang harus diambil dan diikuti dalam pelatihan olah tenaga dalam Satya Buana dengan tingkat dan jenjang kemampuan,  serta evaluasi pada masing-masing tingkat dan jenjang kemampuan.  Secara rinci dan sistematis tercantum dalam Silabus Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana.

  E. Peserta Pelatihan Pra-Pemula.

             Bagi calon peserta diwajibkan untuk mengikuti pembinaan yang dilaksanakan 12 hari berturut-turut, sebelum secara resmi dinyatakan sebagai Peserta Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana.  Selama pembinaan 12 hari ini peserta disebut sebagai peserta Pra-Pemula. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan dapat menerima calon peserta magang menjelang jadwal waktu penerimaan anggota baru setiap periode, terutama bagi calon peserta yang berhalangan dan mempunyai keterbatasan waktu untuk mengikuti Training Center (TC) selama 12 hari dan dapat diselaraskan di luar ketentuan penerimaan calon peserta baru secara resmi setiap periode,  serta  akan diatur dengan ketentuan lebih lanjut melalui Surat Keputusan Ketua Cabang melalui persetujuan dari Penasihat/Pengawas serta Pembina Pusat.
Materi pembinaan (training center/TC) selama 12 hari meliputi :

Materi pembekalan Pra Pemula.
Materi latihan konsentrasi;
Materi latihan pernafasan;
Materi latihan jurus-jurus pemula;
Materi niat-niat jurus pemula;
Materi evaluasi penyelarasan tenaga dalam Satya Buana.

Terdapat tiga tahap pembekalan keilmuan yang akan diberikan kepada peserta sebagai berikut:

I.  Pembekalan Pra-pemula dan pra Prahahu Mendayung.

Tujuan umum.

Agar para calon atau peserta POTD Satya Buana mengerti dan menghayati hakekat dan tujuan Satya Buana.

Tujuan khusus bagi pra-Pemula adalah agar para calon Pra-Pemula dapat:

a.    Mengenali dirinya baik secara fisik maupun mental sebelum berlatih.
b.    Menyadari keadaan dirinya baik fisik maupun mental sebelum berlatih.
c.    Mempunyai motivasi untuk berlatih secara terus menerus.
d.    Menentukan sikap hidup sebagai  anggota  Satya Buana.

3.  Tujuan   khusus  bagi   calon   peserta  pra   Perahu   Mendayung    (Payung Berputar-3) adalah agar para peserta :

a.   Lebih   menghayati   dan   memahami    keilmuan  POTD   Satya Buana.
b.  Dapat   menjadi   contoh perilaku yang baik sebagai peserta POTD Satya Buana.
c.   Mau  ikut  bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan perkembangan POTD   Satya Buana di masyarakat.
d.   Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
            e.   Mau meninggalkan kesyirikan baik nyata atau samar.
Dapat berlaku jujur dan pandai dalam beraktifitas di masyarakat.
Dapat berlaku sabar dan tawakkal dalam menghadapi masalah.
Memahami bahwa dirinya merupakan bagian dari komponen organisasi Satya Buana.
Mau mengamalkan kemampuannya kepada masyarakat yang membutuhkan, beramar ma’ruf dan nahi mungkar.
Mau berbakti kepada kedua orang tua, bangsa dan negara serta masyarakat dan agama.
Meningkatkan kegiatan latihan.

4.    Materi pembekalan.

a. Pra Pemula.
* Penjelasan keberadaan Satya Buana.
* Pokok-pokok keilmuan POTD Satya Buana.
* Penjelasan Tata Tertib selama pelatihan.
* Penjelasan yang dianggap perlu.

b.    Pra-Perahu Mendayung  (tingkat Payung Berputar-3).

 * Keorganisasian.
  * Mental dan Perilaku.
  * Filsafat keilmuan Satya Buana.
  * Penjajakan tertulis.

Penawaran.

Tujuan penawaran adalah :
  
a.    Agar peserta menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Allah SWT.
b.    Menumbuhkan sifat ikhlas dalam berjuang di jalan Allah SWT.
c.    Selalu menegakkan kebenaran di muka bumi dan taat kepada  hukum Allah SWT.
d.    Menumbuhkan sifat berserah diri ke hadirat Allah SWT.

Materi Penawaran.

Peserta POTD Satya Buana di tingkat Samudera Merantai 3 (SR-3) yang telah melaksanakan latihan 2 (dua) kali dalam seminggu selama 4 (empat) bulan atau sedikitnya 24 porsi latihan dapat naik ke tingkat Purnama Bersinar (PS 1,  PS-2 dan Ps-3),  harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a.  Mengikuti evaluasi kenaikan tingkat masing-masing (PS-1,  PS-2  dan PS-3).
b.  Pembuatan       dan     pengajuan    makalah     (1   Draft  Judul   Makalah masing-masing   tingkat).
c.   Pengujian makalah (1 Judul Makalah masing-masing tingkat).
d.   Penawaran / wawancara langsung oleh Pembina.
e.   Perenungan dan penentuan keputusan.
f.   Pemberian   jurus   Purnama  Bersinar  (PS-1, PS-2 dan PS-3)  oleh Pelatih Pusat.

 Materi  Himbauan.

Peserta POTD Satya Buana di tingkat Purnama Bersinar 3 (PS-3) yang telah melaksanakan latihan  minimal  2 (dua) kali dalam seminggu selama 4 (empat) bulan atau sedikitnya 24 porsi latihan dapat naik ke tingkat Bintang Lima Menuju Purnama (BLP) dan dari BLP ke Jenjang Satya Buana,  harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a.   Mengikuti     evaluasi    kenaikan      tingkat     masing-masing     (PS-3  dan  BLP).
b.  Pembuatan   dan   pengajuan makalah/projec proposal  (1 Draft Judul Makalah niat masing-masing jenjang ).
c.  Pengujian  makalah/projec   proposal  (1 Judul Makalah masing-masing  jenjang ).
d.   Proses  himbauan/wawancara  langsung  dalam suatu badan musyawarah dipimpin  oleh Pembina.
e.   Perenungan dan penentuan keputusan.
f.    Pemberian     jurus   Duduk  Tafakur  BLP dan Duduk Tafakur Satya Buana  (BLP dan Satya Buana)  oleh  Pembina.

Berikut ini akan diuraikan falsafah dan lafalz  niat  tiap-tiap Tingkat dan Jenjang ke Pelatihan Satya Buana, berkaitan dengan praktek pencapaian tingkat EQ, IQ dan SQ melalui keilmuan Al Mukminun, Al-Muslimah, An-Nass maupun Yaumul Akhir.   Dan untuk ini yang pertama disampaikan adalah berdasarkan  ke Ilmuan  Satya Buana (Al-Mukminun) dan Al-Muslimah.  
 
F.  Sejarah  Perkembangan Ke  Ilmuan  Satya Buana.

        Sehubungan dengan telah terbitnya Akta Notaris Yayasan Satya Buana yang baru yakni Akta Notaris No.  01 Tahun 2007,  Notaris Rawat Erawady,  SH di  Bekasi,  tanggal 02 Oktober 2007  dan Pengesahan Yayasan Satya Buana  berdasarkan SK. MENHUKHAM Republik Indonesia No:  AHU-1377.AH.01.02  Tahun 2008,  tanggal 03 April 2008, merupakan penyesuaian terhadap Undang-undang Republik Indonesia Nomor:  16 Tahun 2001  tentang Yayasan  (Lembaran Negara Republik Indonesia No:  4243)  juncto  Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 28  Tahun 2004  (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No:  115, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No:  4430), sebagai pengganti Akta Notaris Yayasan Satya Buana yang lama Akta Notaris Nomor:  01 Tahun 1993, tanggal 02 Oktober 1993 yang terdaftar di Kantor Pengadilan Negeri Pasuruan Nomor : 45 Tahun 1993 tanggal 05 Oktorber 1993,  maka Akta Notaris yang lama dinyatakan tidak sesuai lagi (gugur demi hukum)  berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal yang tertera didalam  Undang-undang Republik Indonesia Nomor:  16 Tahun 2001  tentang Yayasan  (Lembaran Negara Republik Indonesia No:  4243)  juncto  Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 28  Tahun 2004  (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No:  115, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No:  4430) sebagaimana tersebut diatas.

        Untuk itu,  Pengurus  Pelatihan Olah Tenaga Dalam (POTD) Yayasan Satya Buana  Cabang  Bengkulu sebagai salah satu Cabang Badan Usaha Milik Yayasan (BUMY) yang baru (penyesuaian), telah ditunjuk dan ditetapkan kembali berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Yayasan Satya Buana dan Pengurus  Pelatihan Olah Tenaga Dalam (POTD) Yayasan Satya Buana Pusat  SK Nomor: 002/SB/KEP.P/III/2009 tanggal 30 Maret 2009 ditetapkan di Pasuruan (seperti terlampir) dan Sekeretariat  POTD Satya Buana Cabang Bengkulu di Jalan Tribrata Lingkar Barat Kota Bengkulu,  bahwa Yayasan Satya Buana  Pelatihan Olah Tenaga Dalam (POTD) Satya Buana sejak  Pengesahan Yayasan Satya Buana  berdasarkan SK. MENHUKHAM Republik Indonesia No:  AHU-1377.AH.01.02  Tahun 2008,  tanggal 03 April 2008 dinyatakan syah demi dan atas nama hukum,  berikut segala aktivitasnya diwilayah Provinsi Bengkulu berada dalam naungan hukum yang syah.

            Dalam perkembangannnya sejak berdiri Yayasan Satya  Buana pada Tahun l993 di PASURUAN, sampai saat ini Keilmuan Satya Buana telah berkembang menjadi 5 (lima cabang ke-Ilmuan khusus yakni :

8.    Ke-Ilmuan Induk Satya Buana disebut juga dengan Microcosmos atau disebut juga dengan Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang dikhususkan untuk Laki-laki;  deengan tujuan adalah untuk mewujutkan kondisi manusia (peserta)  yang sehat jasmani dan sehat rohani secara mandiri menuju kondisi fitrah. Yang hakiki.  Hakekadnya kepelatihan adalah  suatu upaya manusia dalam rangka mengembangkan dan menghidupkan potensi bio-energi yang tersimpan didalam tubuh melalui rangsangan (stimulasi), serapan (tune in/transmisi/chanelling) daya inti bumi dan daya prana alam yang Insya Allah dengan ridho-Nya akan mampu mewujudkan manusia yang utuh dengan kondisi fitrah yang serasi, selaras, seimbang, harmonis, dengan alam semesta dan Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta.   Dengan demikian naluri alamiahnya mampu dapat bekerja dengan aktif otomatis memiliki pribadi yang berjati diri yang sehat jasmani dan ruhaninya.

9.    Ke-Ilmuan Al-Muslimah;  merupakan pengembangan dari Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang baru diterapkan kepada peserta pada awal tahun 2009, dikhususkan untuk kaum ibu (wanita).  Keilmuan ini bertujuan untuk memberikan nilai-nilai tauhid kepada kaum ibu (wanita) muslimah supaya dapat menjaga hati, ketaatan kepada Allah SWT serta pandai menjaga martabat,  harga diri dan kehormatan sebagai wanita muslimah.  Hakekadnya adalah dalam upaya mewujutkan harapan, bila sebagai seorang ibu akan dapat mendidik putra-putrinya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, dan sebagai seorang pribadi dia akan selalu dapat dan mampu menjaga ketaatannya dalam bertaqwa, beriman kepada Allah, dan sebagai sorang istri ia dapat dengan ikhlas mendarmabaktikan dirinya kepada suami, guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

10.    Ke-Ilmuan Lansia (Yaumil akhir);  merupakan pengembangan dari Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang baru diterapkan kepada peserta pada awal tahun 2004, dikhususkan untuk Laki-laki (kaum Bapak) dan kaum ibu (wanita) yang sudah lanjut usia.  Tujuannya adalah dalam rangka menciptakan kondisi manusia yang bertaqwa, beriman dan berpasrah diri kepada Yang Maha Berkuasa, serta uentuk membangkitkan semangat beribadah kepada Allah secara baik dan Ikhlas.   Hakekad Pelatihan adalah suatu upaya manusia yang telah memasuki usia Udzur (lanjut usia) untuk mempersiapkan diri dengan hati yang bersih dan jiwa yang penuh taqwa kepada Allah  SWT dengan kondisi badan yang segar, sehat  jasmani dan rohani serta memiliki cahaya keimanan  sehingga diharapkan akan menjadikan dirinya manusia yang khsunul khotimah pada kahir hayat dengan melaksanakan inti nafas dzikir ”Laa illaaha Ilallah”  dengan melakukan gerak jurus  tertentu  yang bersifat sederhana.

11.    Ke-Ilmuan Lanjutan  Satya Buana  (Ma’rifatullah/Macrocosmos);  bertujuan dalam upaya manusia untuk memahami dan menghayati segala ciptaan Allah (Af’al Allah) melalui  pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ibadah yang ikhlas, istiqomah,  mujahadah, mukassafah, mahabbah, takholli, tahalli dan tajalli kepada Allah untuk memperoleh keselamatan kehidupan di dunia dan di akhirat.   Ke-Ilmuan Lanjutan  Satya Buana  (Ma’rifatullah/ Macrocosmos) akan ditulis dalam buku tersendiri.

12.    Ke-Ilmuan Al-Nass;  merupakan pengembangan dari Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang baru diterapkan kepada peserta pada awal tahun 2009, dikhususkan untuk Anak-anak Balita sampai menjelang aqil baligh  (umur 7 – 15 tahun).  Tujuan kepelatihan ini adalah untuk menenamkan nilai-nilai ke-Tauhidan secara dini kepada anak-anak, untuk melatih dan mengembangkan potensi diri terutama dalam upaya mencerdaskan otak kanan dan otak kiri serta menyeimbangkan kecerdasan otak kiri dan otak kanan serta mempersiapkan seorang anak memasuki kecerdasan spiritualnya, sehingga diharapkan akan muncul jiwa dan kreativitas yang baik dan berkembang secara positif dalam masa perkembangan umurnya.

I. Keilmuan  Satya Buana (Al-Mukminun
Dan Al-Muslimah).

 No    Tingkat    Falsafah    Niat     
Tahapan Pencapaian  Kecerdasan Emosi  (EQ) :     
1.     Pemula    Bagaikan Anak Bayi yang  baru  Mengenal Alam  Semesta                              Jenjang  Pemula.

Niat:   Terdapat 10 jurus,  yaitu:

Jurus 1:  Menyelaraskan      Diri     Terhadap Daya Inti bumi dan Prana Alam.
Jurus 2:  Menyerap Daya Inti Bumi.
Jurus 3:  Menyerap Daya Prana Alam.
Jurus4: Menyeimbangkan   Penyerapan Daya inti bumi dan Daya Prana Alam dalam  proses penyatuan terhadap tubuh kita.
Jurus 5:  Menghidupkan  Generator      Daya Inti Bumi dan Daya Prana Alam  Yang Berpusat di Otak.
Jurus 6: Menghidupkan   Tujuh Titik Cakra Mayor.
Jurus 7:  Mempertajam   Penyerapan    Daya Inti Bumi.
Jurus 8:  Mempertanam     Penyerapan Daya Prana Alam.
Jurus 9:  Menyeimbang  Daya  Inti Bumi dan Daya Prana Alam  Dalam Tubuh.
Jurus 10:  Mengunci Hasil Olahan Jurus satu sampai dengan Jurus sembilan dengan berserah diri kepada  Allah.      

    Out-put:   Peserta mampu menguasai dan memahami niat dan gerak  jurus I – X , dapat melakukan kepe-kaan raba dan mampu merasakan getaran daya inti bumi dan prana alam.  Sistem serapan daya inti bumi dan prana alam pada setiap peserta dapat berfungsi dengan baik sebagai system tenaga dalam yang vertical.     

Jenjang Tiga serangkai 1 (TS-1).

Niat:  Menguras emosi yang  tak terkendali.

Out-put:   Peserta mampu mengua-sai gerak jurus TS-1 yaitu  Jurus I, IV, VIII dan X Pemula  dilakukan secara perlahan, halus dengan satu nafas tahan, lamanya setara dengan 19 kali langkah jurus Pemula dan mampu menghayati masing-masing niat jurus.  Terkendalinya hawa nafsu paling rendah (emosi tak terkendali) berupa sifat-sifat  nafsu kebinatangan (Nafsu Amarah) serta  mampu mengendalikan jiwa dan pikiran (membuang ID).      

Jenjang Tiga Serangkai 2 (TS-2).

Niat:  Menguras emosi yang terkendali.

Out-put:  Peserta mampu mengua-sai gerak jurus TS-2 yaitu  Jurus III, V, VII dan IX Pemula  dilakukan secara perlahan, halus dengan satu nafas tahan, lamanya setara dengan 19 kali langkah jurus Pemula dan mampu menghayati masing-masing niat jurus.  Terkendalinya nafsu yang bersifat naluriah manusia (emosi tak terkendali) cenderung kepada materialistis  keduniawian (Nafsu Lawamah)  dan peserta dapat mengendalikan jiwa dan pikiran dengan lebih baik  (membuang EGO).
     
Jenjang Tiga Serangkai 3 (TS-3).

Niat:  Meluluhkan emosi serendah-rendahnya. 

Out-put:  Peserta mampu mengua-sai gerak jurus TS-3 yaitu  Jurus II, VI, II dan VI Pemula  dilakukan secara perlahan, halus dengan satu nafas tahan, lamanya setara dengan 19 kali langkah jurus Pemula dan mampu menghayati masing-masing niat jurus.   Peserta dapat meluluhkan emosi sehingga   tercapainya tingkat  kesadaran  diri yang memiliki nilai-nilai moral dan sifat-sifat mulia (Nafsu Muthma’inah), kemudian peserta dapat mengendalikan jiwa dan pikiran dengan sangat baik   (pencapaian  tingkat SUPEREGO).

3.    Prana Midi (PM)
    Bagaikan Anak Akil Baliq belajar menge-tahui tentang  hal  yang  baik dan buruk. Peserta berlatih menyalurkan energi tenaga  dalam  (Menya-
lurkan energi) dan Pengendalian Indra-                    wi.         Jenjang Prana Midi 1 (PM-1).

Niat:  Menyatu dengan alam semesta.

Out-put:    Peserta mampu melaku-kan nafas tarik dan tolak secara keras dengan baik dan benar,  mampu melakukan rangkaian gerak jurus PM-1 yakni jurus VI (tarik keras), VII (tolak keras), VIII (tolak keras)  dan IX (tarik keras dan lepas halus) Pemula dengan menggunakan nafas tarik dan tolak secara keras.  Peserta mampu  merasakan menyatu dengan alam semesta.

Jenjang Prana Midi 2 (PM-2).

Niat: Menyalurkan energi ketangan tanpa  memancar.

Out-put:   Peserta mampu melaku-kan nafas tarik dan tolak secara keras dengan baik dan  benar,  mampu melakukan rangkaian gerak jurus PM-2 yakni jurus II (tarik keras), X  (tolak keras) , II   (tarik keras) dan X (tarik keras dan lepas halus)   Pemula dengan menggunakan nafas tarik dan tolak secara keras.  Peserta mampu menyalurkan energi ketangan tanpa memancar sehingga terasa ada letupan-letupan energi di ujung  jari-jari  tangan.
 
Jenjang Prana Midi 3 (PM-3).

Niat: Menyalurkan energi kemata.
Out-put:    Peserta mampu melakukan nafas tarik dan tolak secara keras dengan baik dan  benar,  mampu melakukan rangkaian gerak jurus PM-3 yakni jurus VI modifikasi (tarik keras),  jurus modifikasi X (tolak keras),  dan modifikasi V  (tarik keras dan lepas halus) Pemula dengan menggunakan nafas tarik dan tolak secara keras.  Peserta mampu menyalurkan energi ke mata  sehingga  terbuka kepekaan mata indra.

Jenjang Prana Midi 4 (PM-4).

Niat:  Menyalurkan energi ketelinga.

Out-put:    Peserta mampu melakukan nafas tarik dan tolak secara keras dengan baik dan  benar,  mampu melakukan rangkaian gerak jurus PM-4 yakni jurus VI modifikasi (tarik keras), jurus III  (tolak keras), modifikasi IV (tarik keras) dan jurus II (tarik keras dan lepas halus)      Pemula dengan menggunakan nafas tarik dan tolak secara keras.  Peserta mampu menyalurkan energi ke telinga  sehingga  terbuka kepekaan telinga indra.

Jenjang Prana Midi 5 (PM-5).

Niat:  Menyalurkan energi kosmis ilahiah ke otak kanan.

Out-put:    Peserta mampu melakukan nafas tarik dan tolak secara keras dengan baik dan  benar,  mampu melakukan rangkaian gerak jurus PM-4 yakni jurus X   modifikasi (tarik keras) , jurus I  (tolak keras),  modifikasi V   (tarik keras) dan jurus modifikasi X  (tarik keras dan lepas halus)  Pemula dengan menggunakan nafas tarik dan tolak secara keras.  Peserta mampu menyalurkan energi kosmis Ilahiah ke otak kanan   sehingga dapat mengaktifkan kemampuan berfikir/kerja otak kanan dan  terbuka kepekaan otak kanan  (otak rasa-intuisi).
            
TAHAP PENCAPAIAN KECERDASAN INTELEGENSIA (IQ)

4.    Payung Berputar (PB)
Bagaikan orang dewa-sa yang mampu ber-pikir secara  jernih (riil dan abstrak).   
Jenjang Payung Berputar-1 (PB-1)

Niat:  Menugaskan kerja otak kanan dan  kiri secara bergantian.

Out-put:  Peserta mampu menugaskan kerja otak kanan dan  kiri secara bergantian dan melakukan gerak jurus PB-1 yakni gerakan kombinasi dari jurus PM-1 dan PM-4 dengan baik,  menggunakan  napas tekan  diiringi dengan pengerasan badan secara merata.  Peserta mampu menyalur-kan energi ke otak kanan dan otak kiri,  guna lebih meningkatkan fungsi  ke dua belahan otak/Hemisfer  (Kecerdasan  Intelektual dan  Kecerdasan  Emosional).

Jenjang Payung Berputar-2 (PB-2)

Niat:  Menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri yang dikendalikan oleh hati  (qolbu).

Out-put: Peserta mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri yang dikendalikan oleh hati dan melakukan gerak jurus PB-2 yakni gerakan kombinasi dari jurus PM-2 dan PM-5 dengan baik,  menggunakan  napas tekan  diiringi dengan pengerasan badan secara merata.   Mampu menyalurkan energi ke otak kanan dan otak kiri,  agar terjadi  keseimbangan  fungsi otak kanan dan otak kiri yang dikendalikan oleh fungsi hati/qolbu (Kecerdasan  Intelektual dan  Kecerdasan Emosional yang dikendalikan oleh Kecerdasan Spiritual).   
     
Jenjang Payung Berputar-3 (PB-3)

Niat:  Mengisi otak kanan dan kiri dengan energi kosmik yang Ilahiah.
Out-put: Peserta mampu  mengisi otak kanan dan kiri yang sudah seimbang dengan energi kosmik yang Ilahiah  dengan melakukan gerak jurus PB-3 yakni gerakan kombinasi dari jurus PM-3 dan Gerak Jurus Baru Modifikasi dengan baik,  menggunakan  napas tekan  diiringi dengan pengerasan badan secara merata.  Peserta mampu mengisi otak kanan dan kiri dengan energi kosmik yang Ilahiah ke otak kanan dan otak kiri yang dituntun oleh hati (qolbu),  agar terjadi  pembersihan   fungsi  otak kanan dan otak kiri dari anasir-anasir  nafsu  kejehatan.
     
Tahapan  Pencapaian Kecerdasan Spiritual (SQ) :
     
5.Perahu Mendayung (PD)
Bagaikan Orang dewa-sa dapat mengenda-likan hati/qolbu (hati atau qolbu dapat menjadi pusat kejehatan/fujura/sifat setan dan kebaikan /taqwa/iman) agar manusia dapat membedakan bisikan hati nurani atau bisikan setan.

 Perahu Mendayung  I  (PD-1)

Niat:  Membuka hati (qolbu) untuk mengetahui  antara yang Haq dan yang Bathil.

Out-put:   Peserta telah melalui taraf Pembekalan dan Pengamalan keilmuan selama 4 bulan  ditingkat PB-3,  baik bersifat  pengembangan  ataupun sosial lainnya dan telah mengikuti evaluasi jenjang PB-3 dan dinyatakan lulus dengan mendapatkan sertifikat.  Peserta mampu membuka hati (qolbu) untuk mengetahui  antara yang Haq dan yang Bathil   dengan melakukan gerak jurus PD-1 dengan baik yaitu Jurus Pengembangan menggunakan  gerakan sangat halus dengan nafas tarik panjang halus dan lepas panjang halus (nafas sutra).  Peserta mampu membuka hati (qolbu) untuk mengetahui  antara yang Haq dan yang Bathil dengan menyalurkan  energi ke Hati/Qolbu,  agar Hati /Qolbunya terbuka  sehingga  Hati/Qolbu dapat membedakan antara yang Haq dan  yang  Bathil.

Perahu Mendayung  2 (PD-2)

Niat:  Membuka hati (qolbu) untuk memisahkan  unsur yang Haq dan yang bathil.

Out-put:    Peserta diharapkan mampu  membuka hati (qolbu) untuk memisahkan unsur  yang Haq dan yang bathil dengan melakukan gerak jurus PD-2  dengan baik yaitu Jurus Pengembangan menggunakan  gerakan sangat halus dengan nafas tarik panjang halus dan lepas panjang halus (nafas sutra).   Peserta Mampu menyalurkan energi  ke Hati/Qolbu,  agar Hati/ Qolbu dapat memisahkan  unsur  yang  bersifat  Haq dan  yang  Bathil.     
          
Perahu Mendayung  3 (PD-3) 

Niat:  Membuka hati (qolbu) untuk mempertahankan unsur  yang Haq dan melenyapkan  unsur yang  Bathil.

Out-put:  Peserta diharapkan mampu  membuka hati (qolbu) untuk  mempertahankan unsur  yang Haq dan melenyapkan  unsur yang  Bathil dengan melakukan gerak jurus PD-3  dengan baik yaitu Jurus Pengembangan menggunakan  gerakan sangat halus dengan nafas tarik panjang halus dan lepas panjang halus (nafas sutra).  Peserta  mampu menyalurkan energi  ke Hati/Qolbu,  agar Hati/Qolbu dapat mempertahan  unsur yang bersifat bersifat Haq dan  melenyapkan  unsur  yang  bersifat Bathil dari bisikan syetan dan hawa nafsu jahat.
     
            
 Perahu Mendayung  4  (PD-4)  

Niat:  Mengisi hati nurani dengan energi kosmik yang Ilahiah.

Out-put: Peserta diharapkan mampu mengisi hati nurani dengan energi kosmik yang Ilahiah  dengan melakukan gerak jurus PD-4 dengan baik yaitu Jurus Pengembangan menggunakan  gerakan sangat halus dengan nafas tarik panjang halus dan lepas panjang halus (nafas sutra).    Peserta setelah menyelesai-kan jenjang ini mampu menyalurkan energi  kosmis Ilahiah ke Hati/Qolbu,  agar Hati/Qolbu  dapat dibersihkan dari  hal yang  bersifat bathil menjadi hati yang fitrah.
     
6.    Layar Berkembang
    (LK)    Bagaikan Orang dewasa yang matang pengetahuan dan dapat menentukan arah hidup.       Layar Berkembang 1  (LK-1)

Niat:  Introspeksi diri terhadap masa lalu.

Out-put: Peserta mampu melakukan Introspeksi diri terhadap masa lalunya dengan melakukan gerak jurus LK-1  Pengembangan yakni gerak jurus dilakukan dengan halus, pelan dan lembut    menggunakan nafas kosong, tarik dan keluar dengan sangat halus dan pelan (nafas sutra) penuh dengan penghayatan.   Diri pribadi peserta setelah menyelesaikan paket jenjang ini akan mampu melakukan introspeksi terhadap masa lalunya  agar mendapat hikmah dari kejadian-kejadian masa lalunya sebagai pembelajaran untuk masa  kini.
   
              Layar Berkembang 2  (LK-2)

Niat:  Introspeksi diri terhadap masa sekarang.

Out-put: Peserta mampu melakukan Introspeksi diri terhadap masa sekarang  dengan melakukan gerak jurus LK-2  Pengembangan yakni gerak jurus dilakukan dengan halus, pelan dan lembut    menggunakan nafas kosong, tarik dan keluar dengan sangat halus dan pelan (nafas sutra) penuh dengan penghayatan.   Diri pribadi peserta setelah menyelesaikan paket jenjang ini akan mampu melakukan introspeksi terhadap masa sekarang sebagai pembelajaran untuk masa  yang akan datang.  Diri pribadi mampu melakukan introspeksi terhadap masa sekarang sebagai pembelajaran  agar kesalahan masa sekarang tidak terulang   lagi dimasa yang akan datang.
           
Layar Berkembang  3  (LK-3)

Niat:   Menentukan arah hidup di masa yang akan datang.

Out-put:  Peserta mampu menentukan arah hidup dimasa yang akan datang  dengan melakukan gerak jurus LK-3  Pengembangan yakni gerak jurus dilakukan dengan halus, pelan dan lembut    menggunakan nafas kosong, tarik dan keluar dengan sangat halus dan pelan (nafas sutra) dengan penuh penghayatan.   Diri pribadi peserta setelah menyelesaikan paket jenjang ini akan mampu menentukan arah hidup di masa yang akan datang.  Diri pribadi mampu menentukan arah hidup dimasa yang akan datang  dengan menyusun Visi, Missi, Kebijakan, Strategi, Program, Sasaran  dan Tujuan Hidup  masa depan   serta target pencapaiannya. 
     

7.  Samudera Merantai (SR)  
Bagaikan Orang dewasa melatih kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup.    

Samudera Merantai 1  (SR-1)

Niat:  Mencintai Allah dan mengerti tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.

Out-put: Peserta mampu meng-aplikasikan mencintai Allah dan mengerti tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dengan  dengan melakukan gerak jurus SR-1  merupakan gerak jurus baru  melalui system  nafas tertentu  (nafas SR-1).
Diri pribadi mampu  mengenal dan mencintai Allah Azza Wajalla,  serta malakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dengan ikhlas, sabar, dan  konsisten  (qana’ah).
          
Samudera Merantai  2  (SR-2)

Niat:  Mencintai alam semesta dan mengerti tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi ini.

Out-put:  Peserta mampu meng-aplikasikan mencintai  alam semesta dan mengerti tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi ini, dengan  dengan melakukan gerak jurus SR-2  merupakan gerak jurus baru  melalui system  nafas tertentu  (nafas SR-2). Diri pribadi mampu  mengenal dan mencintai  alam semesta ciptaan Allah,  serta malakukan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi   dalam memanfaatkan  dan memelihara  alam semesta  dengan penuh kebijaksanaan  untuk kemaslahatan seluruh umat manusia.  Peserta mampu meyadari sebagai makhluk Tuhan tidak akan melakukan kerusakan  di muka bumi ini.
     
Samudera Merantai  3  (SR-3)

Niat:  Mencintai sesama  manusia dan mengerti tanggung jawabnya sebagai mahluk sosial.

Out-put:  Peserta mampu   mencintai sesama  manusia dan mengerti tanggung jawabnya sebagai mahluk sosial dengan  dengan melakukan gerak jurus SR-3  merupakan gerak jurus baru  melalui system  nafas tertentu  (nafas SR-3).  
Diri pribadi  sebagai hamba Allah, yang sadar dan  mampu mencintai sesama  manusia dan mengerti tanggung jawabnya sebagai mahluk sosial  (hablumminannas)  yakni manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya interaksi  dengan sesama manuaia untuk tujuan kebaikan  dan saling  tolong menolong dalam membangun kehidupan.
       
8.    Purnama Bersinar(PS)
Bagaikan Orang yang telah mendapat penerangan dari penyatuan hati dan pikiran yang jernih.        Purnama Bersinar 1  (PS-1)

Syarat:  Jenjang PS-1 adalah peserta yang telah mengikuti evaluasi  tingkat SR-3 dan dinyatakan layak naik ke PS-1, dan  selama paling sedikit 4 bulan peserta diwajibkan  menyusun, membuat dan mengajukan makalah/karya tulis dengan judul niat PS-1 kepada Pembina SB.  Selama menunggu panggilan penawaran peserta diwajibkan tetap berlatih di jenjang SR-3, kemudian peserta telah mendapat proses penawaran langsung oleh Pembina dan selanjutnya membuat pernyataan tertulis untuk menentukan sikap di hadapan Pembina.  Untuk medapatkan jurus PS-1 mulai dari latihan jenjang SR-3 ditempuh paling sedikit 8 bulan atau 2  periode evaluasi.
Niat:  Hak hidupku hanya pada Allah, akal budi pekertiku hanya berjuang dijalan Allah dengan penuh keikhlasan.
Out-put:   Diri pribadi  yang sadar sebagai hamba Allah,  bahwa hak hidupnya hanya pada dan untuk  Allah, serta milik Allah (totalitas kepasrahan kepada-Nya), mampu menggunakan akal sehat dan  budi pekertinya  hanya berjuang dijalan Allah dengan penuh keikhlasan  (Fisabilillah),    dengan melakukan gerak jurus  PS-1  merupakan gerak jurus baru  melalui system  pernafasan  tertentu  (nafas PS-1).   
                                                                                
Purnama Bersinar 2  (PS-2)

Syarat:  Jenjang PS-2 adalah peserta yang telah mengikuti evaluasi  tingkat PS-1 dan dinyatakan layak naik ke PS-2.   Selama paling sedikit 4 bulan peserta diwajibkan menyusun, membuat dan mengajukan makalah/karya tulis dengan judul niat PS-2 kepada Pembina SB.  Selama menunggu panggilan penawaran peserta diwajibkan tetap berlatih di jenjang PS-1, kemudian peserta telah mendapat proses penawaran langsung oleh Pembina dan selanjutnya membuat pernyataan tertulis untuk menentukan sikap di hadapan Pembina.  Untuk medapatkan jurus PS-2 mulai dari latihan jenjang PS-1 ditempuh paling sedikit 8 bulan atau 2  periode evaluasi.

Niat: Orang dewasa selaras pikirannya tentang kebesaran Allah dan seluruh tubuhnya ikhlas mengamalkan Nur Islami dan hukum-hukum Allah. 
 
Out-put:    Diri pribadi  yang sadar sebagai hamba Allah,  orang dewasa yang pikirannya telah selaras terhadap kebesaran Allah dan seluruh jiwa dan raganya ikhlas mengamalkan Nur Islami, Sunatullah dan Sunaturrasul, dengan melaku-kan gerak jurus  PS-2  merupakan gerak jurus baru  melalui system  pernafasan  tertentu  (nafas PS-2).  Peserta diharapkan dapat menjadi contoh sebagai hamba Allah yang berprilaku Islami.  Peserta diharap-kan dapat mentaati hukum syari’at yang telah digariskan oleh Allah  dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah.
                                                                                      
Purnama Bersinar 3  (PS-3)

Syarat:  Jenjang PS-3 adalah peserta yang telah mengikuti evaluasi  tingkat PS-2 dan dinyatakan layak naik ke PS-3.  Selama paling sedikit 4 bulan peserta diwajibkan menyusun, membuat dan mengajukan makalah/karya tulis dengan judul niat PS-3 kepada Pembina SB,  selama menunggu panggilan penawaran peserta diwajibkan tetap berlatih di jenjang PS-2, kemudian peserta telah mendapat proses penawaran langsung oleh Pembina dan selanjutnya membuat pernyataan tertulis untuk menentukan sikap di hadapan Pembina.  Untuk medapatkan jurus PS-3 mulai dari latihan jenjang PS-2 ditempuh paling sedikit 8 bulan atau 2  periode evaluasi.  Tingkat PS-3 merupakan persiapan untuk memasuki Jenjang Duduk Tafakur  BLP.

Niat: Pernyataan tulus ikhlas dan menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya kepada Allah SWT.

Out-put:   Diri pribadi  yang sadar sebagai hamba Allah, yang telah bersumpah akan  pernyataan tulus ikhlas dan menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya kepada Allah SWT  semata,  dengan melaku-kan gerak jurus  PS-3  merupakan gerak jurus baru  melalui system  pernafasan  tertentu  (nafas PS-3) dan  duduk nafas  tafakur.                                                                                
      
9.    Bintang Lima Menuju Purnama
       (BLP)    Niat:  Bagaikan Orang tua yang kaya pengalaman, mengerti kejadian-kejadian didunia dan mengamalkan pengetahuan dan kemampuannya yaitu untuk kemanusiaan dan lingkungan hidup.

Out-put:   Tingkat BLP merupakan tingkat realisasi dari pengalaman secara konkrit hasil pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan peserta sehingga terwujud kristalisasi integrasi pengamalan yang ikhlas kehadhirat Allah SWT.  Jenjang  BLP adalah peserta yang telah mengikuti evaluasi  tingkat PS-3 dan dinyatakan layak naik ke BLP.  Peserta diwajibkan menyusun, membuat dan mengajukan makalah/karya tulis/Project Proposal dengan judul niat jenjang BLP kepada Pembina SB.  Selama menunggu panggilan Himbauan untuk persiapan naik ke jenjang BLP, peserta diwajibkan tetap berlatih di jenjang PS-3  untuk medapatkan pengesahan,  kemudian peserta yang  telah melalui proses Himbauan langsung oleh Pembina,  selanjutnya peserta membuat pernyataan tertulis untuk menentukan sikap di hadapan Pembina  siap  duduk pada jenjang BLP  (waktunya tak terbatas).   Didalam jenjang BLP diharapkan diri pribadi peserta benar-benar telah   sadar sebagai hamba Allah,  yang telah mampu bertindak bagaikan orang tua yang kaya pengalaman, mengerti kejadian-kejadian didunia dan berikrar akan mengamalkan pengetahuan dan kemampuannya  untuk kemanusiaan dan lingkungan hidupnya dengan metoda duduk Tafakur BLP (proses perenungan).  Porsi latihan tidak terbatas.  Kemudian dalam pri-kehidupan sehari-harinya peserta dapat mengamalkan segala kemampuan,  pengalaman dan ketrampilannya dalam bentuk yang nyata (konkrit).
     
10.    Satya Buana
    (SB)    Niat:  Orang tua yang siap menghadap panggilan Ilahi, penuh dengan kepasrahan dan bekal amalan yang ikhlas.

Out-put:  Tingkat Satya Buana merupakan tingkat  bagaikan orang tua yang telah siap masuk ke liang kubur (siap menghadapi sakratul maut).   Peserta yang akan masuk  di tingkat Satya Buana  harus melalui keputusan Badan Musyawarah yang anggotanya ditunjuk dan dipimpin oleh Pembina SB.   Peserta diwajibkan menyusun, membuat dan mengajukan makalah/karya tulis/Project Proposal dengan judul niat jenjang Satya Buana kepada Pembina SB.  Selama menunggu panggilan Himbauan naik ke jenjang Satya Buana,  peserta diwajibkan tetap berlatih di jenjang  BLP  untuk menunggu keputusan,  kemudian peserta yang  telah melalui proses Himbauan langsung oleh Pembina,  selanjutnya membuat pernyataan tertulis untuk menentukan sikap di hadapan Pembina  siap  duduk pada jenjang  Satya Buana  (waktunya tak terbatas).    Setelah peserta mendapat pengukuhan  dari hasil musyawarah tim Pembina,  maka ia akan diberikan haknya duduk di jenjang Satya Buana  dengan melakukan porsi latihan tak terbatas yaitu Duduk Tafakur Satya Buana.  Diharapkan dalam  diri pribadi  peserta akan lahir kesadaran yang hakiki  sebagai  insan hamba Allah,  bahwa saat ini ia bagaikan  orang tua yang telah siap menghadapi panggilan Ilahi,  penuh dengan kepasrahan dan kesabaran dengan  berbekal amal-ibadah yang  telah dikerjakannya selama hidup di dunia  penuh dengan  keikhlasan  (Fitrah).

II.  Ke Ilmuan Lansia  (Yaumil Akhir).

Selanjutnya akan disampaikan penerapan falsafah dan rangkaian lafal niat tarekat Pelatihan Tingkat Lansia (Ilmu Yaumul Akhir),  khusus ditujukan bagi para peserta yang telah lanjut usia, untuk lebih memaknai pentingnya ilham turunnya kepada manusia.
HAKEKAT PELATIHAN  LANSIA  (YAUMUL AKHIR)

UPAYA MANUSIA YANG TELAH MASUK UMUR UZUR UNTUK MEMPERSIAPKAN HATI YANG BERSIH, JIWA YANG PENUH TAKWA KEPADA ALLAH SWT, DENGAN KONDISI BADAN YANG SEGAR, SEHAT SERTA MENPUNYAI CAHAYA KEIMANAN DALAM HATINYA, MENJADIKAN KHUSNUL KHOTIMAH DI AKHIR AJALNYA, MELALUI LATIHAN INTI NAFAS DZIKIR Laa Ilaaha Illallaah DENGAN MELAKUKAN GERAK JURUS-JURUS SEDERHANA.

Tingkat  I,   Falsafah:  Tingkat mempersiapkan diri jasmani dan rohani untuk memasuki kehidupan dimasa tua.
   
Tingkat  I,   Jenjang I,  Jurus I,
     
    Niat:    Pembangkit iman dan takwa kepada Allah.     
    Arti & manfaat : setiap orang yang melakukan jurus ini akan dibangkitkan nilai-nilai Ketuhanan-Nya, sebagaimana roh manusia pernah bersumpah dihadapan Allah saat kala dialam roh, mereka mengakui Ketuhanan Allah SWT.     
    Tujuan : Untuk menyadarkan manusia bahwa dirinya mempunyai Sang Pencipta.     
     
Tingkat  I,   Jenjang II,  Jurus II,
     
    Niat:   Pembangkit semangat ibadah kepada Allah SWT.     
    Arti & manfaat : setiap orang yang melakukan jurus ini, hati dan pikirannya akan terbuka, dan manusia selalu ingin beribadah kepada TuhanNya dengan penuh ihklas dan khusuk.     
    Tujuan : membuat hati dan pikiran manusia untuk senantiasa mengingat kepada Allah SWT dan kemudian akan senang mempelajari tata cara beribadah kepada Allah dengan benar, sebagaimana digariskan Allah SWT dalam Al Qur’an dan Al Hadist.     
     
Tingkat  I,   Jenjang III,  Jurus III,
     
    Niat:   Membuka Qolbu.     
    Arti & Manfaat :  hati nurani adalah pusatnya manusia;  namun apa bila dikaji didalam hati ada dua esensi yaitu :
*  Esensi manusia secara murni dan fitrah atau disebut jati diri yang Ilahiyah.
*  Esensi Setan dan Iblis yang selalu mengganggu manusia untuk tidak suka ibadah kepada Allah SWT,

Pada jurus ini kita akan dibukakan Qolbu sehingga akan dapat mengetahui yang hak dan yang bathil.
     
    Tujuan :  dengan mengetahui esensi tersebut maka manusia berupaya menghilangkan esensi iblis dan setan dalam Qolbu sehingga esensi manusia makin dominant menguasai seluruh tubuh manusia agar :

1.  Membangkitkan rasa haru dan rasa ingin bertemu dengan Tuhan Allah  SWT.

2.  Ingin selalu bersyukur dan ingin meningkatkan seluruh amal baik dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi kehidupan dialam berikutnya (Barzah dan akherat).   Sehingga pada jurus ini dapat memperkuat iman dan taqwa kepada Allah.
     
Tingkat II,  Falsafah:  tingkat perjalanan kehidupan dimasa tua dengan rachmat Allah SWT.
     
Tingkat II,  Jenjang IV,  Jurus IV :
     
    Niat:  Penanaman nilai-nilai Ilahiyah dalam pikiran.     
    Arti & manfaat :  akan menanamkan nilai-nilai Ilahiyah pada manusia yang berusia lanjut dan selau berfikir tentang kekuasaan Tuhan Allah SWT dalam diri manusia dan alam semesta.     
    Tujuan :  agar manusia diakhir umur lanjut semakin mengenal nilai-nilai Ilahiyah.  Oleh karena berpikir tentang kekuasaan Allah maka akan dapat menghindari dari kepikunan.     
     
Tingkat II,  Jenjang V,  Jurus V :       
    Niat:  Penanaman nilai-nilai Ilahiyah dalam Qolbu yang paling dalam.     
    Arti & manfaat : manusia lanjut usia yang mempunyai nilai-nilai Ilahiyah dalam Qolbu yang paling dalam, akan senantiasa ber-zikir Laa  ilaaha illal laah.     
    Tujuan :  Agar Qolbu secara terus menerus sepanjang waktu selalu berzikir Laa ilaaha illal laah, sehingga disaat Sekaratulmaut datang, maka Qolbu selalu berzikir “Laa ilaaha illal laah”  dengan tingkat kepasrahan yang ikhlas.     
    
Tingkat III ,    Falsafah:   tingkat tahap menuju akhir atau tingkat berpasrah diri kepada Allah SWT.
     
Tingkat III,  Jenjang VI,  Jurus VI :
     
    Niat:   Pemasrahan diri kepada Allah SWT.
Arti & manfaat :  dalam tingkat pasrah kepada Allah SWT hanya mensucikan jiwa dan hanya berpasrah diri kepada Allah.  Selalu siap manakala dipanggil oleh Allah setiap saat.     
    Tujuan :  agar manusia diakhir umur lanjut tidak takut dan siap dipanggil Allah pada setiap saat atau siap menghadapi sekaratulmaut.    

III.   HAKEKAT PELATIHAN  AN-NASS  (ANAK BALITA).
 
    Hakekat Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana Ke-Ilmuan Al-Nass;   adalah suatu usaha manusia dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan potensi bioenergi dalam tubuh melalui rangsangan serapan daya inti bumi dan prana alam yang insya Allah dengan ridho-Nya sejak dini dapat mewujudkan manusia yang utuh dengan kondisi fitrah yang selaras-serasi-seimbang, sehingga secara naluri alamiah berfungsi secara aktif otomatis, menjadikan pribadi yang berjati diri,  yang sehat jasmani dan rohani.

        Ke-Ilmuan Al-Nass merupakan pengembangan dari Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang baru diterapkan kepada peserta di Bengkulu pada awal tahun 2009, dikhususkan untuk Anak-anak Balita sampai menjelang aqil baligh  (umur 7 – 15 tahun).  Tujuan kepelatihan ini adalah untuk menanamkan nilai-nilai ke-Tauhidan secara dini kepada anak-anak, untuk melatih dan mengembangkan potensi diri terutama dalam upaya mencerdaskan otak kanan dan otak kiri serta menyeimbangkan kecerdasan otak kiri dan otak kanan serta mempersiapkan anak memasuki kecerdasan spiritualnya, sehingga diharapkan kan muncul jiwa dan kreativitas yang baik dan berkembang secara positif dalam masa perkembangan umurnya.

Peserta Kepelatihan An-Nas  hanya terdiri dari  satu tingkat dengan lima jurus, dengan harapan  setelah menginjak usia dewasa mereka akan meneruskan   pada tingkat Al-Mukminun (untuk laki-laki)   atau Al-Muslimah (untuk  wanita).

Falsafah yang melandasi terlahirnya  ke Ilmuan ini ter-Ilhamkan  dari kisah-kisah perjalanan Nabi Nuh As. dengan ummatnya yang beriman meninggalkan  daratan yang di tenggelamkan oleh air bah beserta kaum kafir;  kemudian dengan perahu besarnya menuju apa yang dikehendaki Allah SWT.  Tarekat yang melandasi perjalanan dan aplikasi ke ilmuan Satya Buana menemukan Tuhannya,  bagaikan kisah perjalanan Nabi Ibrahim As. mencari Tuhannya dan kemudian berjuang menegakkan agama Allah yang lurus ditengah-tengan kaumnya yang menyembah berhala (syirik).  Sedangkan Hakikad yang melandasi perjalanan  ke ilmuan Satya Buana adalah kisah nabi Musa As. dalam mencari makna kehidupan yang penuh  dengan ujian, tantangan, rahasia  kehidupan dan liku-liku,  dibawah tuntunan  Nabi   Khaidir As.  Perjuangan (Fisabilillah)  yang melandasi perjalanan  ke ilmuan Satya Buana adalah kisah Nabi Muhammad SAW. dalam berjuang  menegakkan Agama Allah Yang Fitrah  penuh dengan rintangan, ujian, tantangan, dan liku-liku demi ummatnya agar selamat dalam kehidupan dunia dan kehidupan di akherat.  Semoga para pembaca, pemerhati,  pengamat yang budiman dan seluruh anggota keluarga Satya Buana bisa termasuk  golongan  orang-orang yang lurus dan fitrah jiwa dan raganya, “Nasrum minallah wa fathum gharib”.

Atas uraian diatas, menjelaskan tentang prinsip dasar perincian dari tarekat (methodology)  yang dilakukan oleh Satya Buana melalui ke  “Ilmuan Al Mukminun dan Yaumul Akhir” dimana didalamnya tidak terkandung niatan yang bersifat “haram” atau “syirik”. 

Bagi para peserta Satya Buana,  ilmu ini harus secara transparant diperkenalkan pada masyarakat, baik dia memerlukan atau tidak.  Karena masih banyak manusia yang merasa dirinya tergolong manusia yang berderajat tinggi, berkuasa,  hebat,  genius, kaya raya, terhormat, agung, mulia, suci dihadapan sesama manusia.  Baik karena spesialisasi kependidikannya,  sebagai seorang ulama menguasai bidang agama fasih bicara ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi, atau sebagai seorang teknokrat yang terbiasa bicara logika, idealisme, rasionalitas, filsafat atau sebagai pejabat/penguasa  yang telah berpengalaman bidang ketatanegaraan,  politik dan  kekuasaan serta  berpendidikan lama diluar negeri, atau seorang pendidik yang terbiasa menggurui dan mendidik manusia dalam rangka mencapai kencerdasan akal (IQ) super tinggi, sehingga mereka semuanya merasa tidak perlu fitrah kondisi jiwa dan raganya dalam sakratul maut ajal memanggil nanti.

Pembaca yang budiman, Satya Buana hanya ingin menjelaskan dan membedah tuntas keilmuan yang dimiliki dilapangan,  ternyata berkesesuaian (tidak menyimpang) dengan Al Qur’an dan Al Hadist.  Secara ringkas dapat dikatakan bahwa agama Islam sebagai pedoman dan tuntunan menuju jalan yang lurus dan terang serta luas, dimana Satya Buana sebagai salah satu Ilmu diantara  sekian banyak Ilmu Tenaga Dalam yang telah berkembang,  maka Satya Buana merupakan salah satu metodologi saja  yang kami anggap cukup memadai sesuai dengan bidangnya  sebagai penunjang bagi peminatnya dalam  memahami dan penerapan Hukum-hukum Syari’at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifatullah untuk menuntun manusia menuju kepada tujuan akhir yaitu  beragama Islam yang Kaffah, lurus, terang serta luas. 

Demikian juga rangkaian niat kelima cabang  ilmu Satya Buana secaqra jelas dan terang terkandung hakekad yang sangat dalam guna memaknai ajaran Islam secara Universal dan Holistic,  boleh jadi merupakan hidayah  dari Allah SWT.  Sehingga ujung dari  pembelajaran kelima cabang ke ilmuan akan berakhir dengan kepasrahan diri  penuh keikhlasan siap dipanggil Rabb Sang Maha Pencipta Alam Semesta.