SELAMAT DATANG DI BLOGGER POTD SATYA BUANA CABANG BENGKULU

Senin, 27 Juni 2011

Ikhlas Dalam Konteks Pemahaman Satya Buana.

Catatan : Ir. Nazamuddin *)
*) Penulis adalah Sekretaris Umum/Pelatih POTD Satya Buana Cabang Bengkulu

IKHLAS bukanlah kata yang asing bagi kita. Karena ajaran agama juga mengajak kita untuk selalu ikhlas, baik dalam beribadah maupun dalam menjalani proses kehidupan ini. Tapi, betapa banyak orang yang tidak mampu menghayati makna ikhlas sampai ke dalam lubuk hatinya ? Sederhana bahasanya, susah meraihnya. Padahal sebenarnya, ikhlas adalah bagian terpenting dari pencapaian tujuan hidup manusia. Di dalamnya terkandung makna kesabaran, kepasrahan, kerelaan, keredhaan, syukur, rasa terima kasih dan penerimaan apa adanya, yang memungkinkan manusia semakin dekat dengan Tuhan.
Dalam QS. Al-Bayyinah : 5; Allah telah berfirman : “Mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dan memurnikannya (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. Kemudian HR Abu Daud dari Nasi dari Abu Umamah Al Bahili ra mengatakan : “Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima amal itu, kecuali amal dari orang yang ikhlas dan yang mengharapkan keridhoan-Nya”.
Hati yang ikhlas tak hanya mampu menjauhkan diri kita dari stres dan penyakit apa saja. Tapi juga dapat membuat hidup kita dipenuhi kedamaian, kebahagiaan, ketenangan, kenikmatan, kesejahteraan, rasa syukur, dan berkah yang tak ada habis-habisnya. Menariknya, mencapai ikhlas ternyata kini ada teknologinya.

Ikhlas terletak pada niat di dalam hati. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah mengatakan : “Ikhlas adalah rahasia-Ku, Aku tempatkan ikhlas itu dalam hati orang yang Aku citai”. Karena itu belajar ikhlas bisa berarti belajar melihat dengan hati, mendengar dengan hati, membaca dengan hati, berbicara melalui hati, bertindak dengan hati, memahami dengan hati dan tentunya mengikuti kata hati. Kedengarannya memang mudah saja, karena sejak kecil kita sudah sering mendengarnya dari lagu, nasihat orang tua, guru, kiyai, ulama atau kata-kata para orang bijak. Hanya saja, kita tidak pernah tahu bagaimana cara mencapainya.
Oleh karena Ikhlas terletak pada niat di dalam hati, sedangkan kita tak mampu melihat dengan hati karena hati tak punya mata, kita tak mampu mendengar dengan hati karena hati tak punya telinga, kita tak biasa membaca dengan hati karena hati tak punya mata dan mulut, kita tak bisa berbicara melalui hati karena hati tak punya lidah, kita tak mampu bertindak dengan hati karena hati tak mampu memerintahkan tangan dan kaki, kita tak bisa memahami dengan hati dan tentunya mengikuti kata hati karena fungsinya telah diambil alih oleh otak.
Menuju kesempurnaan sebagai manusia Menurut Erbe Sentanu yang biasa dipanggil Nunu, pendiri Katahati Institute di Jakarta yaitu sebuah lembaga yang mengajarkan tentang ikhlas, Teknologi ikhlas merupakan program aplikasi praktis pertumbuhan dan pengembangan diri manusia Indonesia. Teknologi ini merupakan hasil pergulatan panjang proses pencarian dan percobaannya selama hampir 20 tahun, yang secara otodidak menggeluti dunia pengembangan diri (self development).
la menggabungkan semua kekuatan budaya Timur dan Barat, serta ilmu pengetahuan dan agama yang dipelajarinya, secara langsung melalui para jenius dari berbagai bidang dan latar belakang seperti Al-Jauziyah, Imam Ibnu Qayyim, Imam Ghozali, Deepak Chopra, Sandy MacGregor, Brian Tracy, Shri Shri Ravi Shankar, Harry Palmer, Maharishi Mahesh Yogi, dan masih banyak lagi. Teknologi ikhlas ini merupakan perpaduan dari Neumscience, Quantum Physics, Evolutionary Biology, Chaos Theory, Brain Science, juga Science of the Mind dengan tuntunan bijak falsafah hidup dan keagamaan.
Menurut Nunu, kesulitan mempelajari ikhlas adalah karena demikian sederhananya kata Ikhlas itu, sehingga pikiran kita malah sulit untuk mencernanya. Sehingga kita sering terkecoh, mulut kita berkata ikhlas atau seakan-akan kita telah berbuat dan bertindak ikhlas padahal kita tidak ikhlas, alasannya itu adalah ikhlas yang diciptakan oleh otak kita, padahal otak kita sering kotor, misalnya ingin dipuji, ingin dianggap dermawan, ingin dianggap orang baik, ingin mendapat balasan yang setimpal, agar disegani, dihormati dan lain sebagainya.
Selain itu, ikhlas memang aktivitas hati, sehingga untuk memahaminya kita harus mengistirahatkan pikiran (otak) dan mulai berlatih menggunakan hati. Jelasnya memindahkan kesadaran kita dari otak ke dalam hati. Nah ! disinalah letak kesulitannya, karena manusia kebanyakan, apalagi sekarang lebih mendewakan pikiran didalam otaknya dari pada kemampuan berfikir hatinya, malah celakanya lagi mereka tidak percaya bahwa hati memiliki kemampuan berfikir ribuan kali lipat dari otak yang ada di kepala. Akhirnya dia seakan-akan seonggok makhluk yang tak punya hati, sering jadi pendonor hati ngkali yaa !!
Untuk mencapai ikhlas, sekaligus kembali kepada kondisi fitrah dasar manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, ternyata tekniknya sederhana saja. Yang perlu dilakukan hanyalah menghapus berbagai sifat ketidakmuliaan manusia yang sempat terprogram di dalam otak yang dikuatkan oleh hati atau alam bawah sadar. Sifat ketidaksempurnaan ini terdiri dari berbagai nafsu yang menimbulkan perasaan serba tidak cukup, serba kekurangan, takut tidak sukses, takut disaingi, atau sebaliknya, merasa lebih dari yang lain sekaligus takut gagal, dll. Dengan membersihkan sifat-sifat ketidaksempurnaan tersebut, maka secara otomatis kita akan kembali merasa dan mulai menikmati hidup yang penuh dengan kesempurnaan. Untuk sampai ke kesempurnaan hidup ini, kita bisa memulainya dengan mengenali perasaan-perasaan kita.
Namun celakanya, saat ini banyak sekali yang bernama manusia sudah kehilangan perasaannya alias tak berperasaan, yaa mau apalagi, jangankan mengenali perasaannya, perasaannya aja sudah nggak punya, maka berkeliaranlah manusia-manusia yang tak berperasaan di bumi Tuhan ini. Manusia yang tak berperasaan identik dengan manusia yang tak punya hati nurani. Manusia yang tak punya hati nurani tingkah lakunya tak ubahnya bagaikan binatang malah lebih jelek dari binatang. Jadi yang harus dilakukan adalah melatih mereka untuk mengembalikan perasaannya yang telah hilang, sehingga ia akan kembali lagi menjadi manusia yang seutuhnya yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan memiliki hati nurani, serta sifat-sifat kemuliaan.
Neeeh ! seandainya suatu ketika ada orang yang tiba-tiba tak ada angin tak ada badai mengatai-ngatai anda manusia yang tak berperasaan, misalnya : ”Sungguh kamu benar-benar manusia tak berperasaan !!”. Hati-hati.... jangan marah dulu, periksa dulu perasaan anda jangan-jangan memang sudah pergi menghilang, lenyap (minggat) meninggalkan diri anda. Setelah anda periksa ternyata masih utuh seperti sediakala, maka anda tak perlu marah dikatain seperti itu, sabar saja dan ikhlas (nerimo dengan legowo), senyum-senyum simpul gitu lho ... ! (tapi jangan keterusan, bisa bahaya dianggap orang nggak waras hehehe !).
Mungkin yang ngatain anda itulah ternyata memang tak punya perasaan alias tak berperasaan, sebab dia sendiri yang tak punya kepekaan rasa (tak punya nyali) untuk mendeteksi bahwa anda sebenarnya masih punya perasaan yang masih utuh, lengkap, baik dan sempurna. Inilah yang disebut dengan Hukum Pembuktian Terbalik (istilah kerennya: The Law of Contradiction Facto).
Nah ! ini termasuk latihan mencerdaskan perasaan (Sense of Intelegensia Quotient) menuju ke ikhlasan namanya. Pernah denger belum ... makanya banyak-banyak membaca Mas .. Mbak. Beli bukunya, jangan taunya beli mie pangsit aja, nanti kena kanker baru tau rasa lhu !!.
Perasaan adalah energi.
Lebih jauh, Nunu juga menjelaskan bahwa pada dasarnya perasaan adalah energi yang bergerak. Sifat energi adalah kekal, karena itu tidak bisa dimusnahkan, tapi dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain. Atas dasar itu, kita bisa mengenali, menyadari, dan mengelola perasaan-perasaan kita. Dan satu hal penting yang perlu kita sadari adalah bahwa perasaan juga merupakan kunci untuk memahami diri kita dan menemukan diri yang sejati.
Menurut Nunu, sebaiknya kita selalu melakukan segala sesuatu hanya dengan perasaan damai, menerima, dan berani. Karena itu akan membuat kita lebih bahagia dan efektif dalam menjalani kehidupan maupun karier.
Tapi apa yang bisa dilakukan ketika kita terjebak oleh perasaan negatif. Biasanya yang dilakukan orang adalah mengabaikannya, dengan cara melakukan hal-hal lain yang dianggap lebih menyenangkan, misalnya rekreasi, mendatangi cafe-cafe, tempat-tempat hiburan, panti-panti pijat, minum-minum, atau berbagai kesibukan lain yang disukainya. Sayangnya, perasaan yang diabaikan ini hanya akan bersembunyi sementara saja di alam bawah sadar dan tidak langgeng, suatu saat ia akan muncul kembali ke permukaan dan akan menggerogoti kita kembali. Perasaan itu tidak akan lenyap sebelum dibebaskan.
Begitu juga kalau perasaan negatif tadi kita ungkapkan atau ekspresikan langsung. Biasanya justru akan mendatangkan masalah yang baru, contohnya jika kita menonjok orang yang membuat kita kesal, hasilnya hanyalah orang itu akan membalas menonjok kita, kalau anda nggak punya ilmu beladiri gimana ... bisa babak belur ... masuk rumah sakit, wah ! cilaka jadinya. Atau mengadukan anda kepihak yang berwajib atau KOMNASHAM, kan jadi masalah baru. Repot jadinya. Atau kalau kita tidak berani membalas, mungkin dia akan marah-marah, malah kita yang sakit hati karena tidak senang dimarahi, rasa sakit hati ini tanpa disadari jika terus menerus menghantui kita ujung-ujungnya jadi penyakit; seperti dendam tak sudah, darah tinggi, jantung, migren, vertigo, diabettes, asam urat, dan lain sebagainya.
Jadi yang terbaik adalah dengan mengikhlaskan atau membebaskan perasaan itu, bukan melawannya. Jika anda melawannya dia akan melawan juga sehingga akan terjadi peperangan didalam bathin anda, akibatnya anda kacau malah stress. Kalau menurut pendapat saya itu adalah memang bahagian dari scenario kehidupan yang harus terjadi yang telah diatur oleh si Sutradara Yang Maha Agung, ya jalani saja atau nikmati saja sebagai sebuah scenario, jalani dengan lapang dada (ikhlas). Dengan begitu, energi penyebab ketidaknyamanan tadi akan lenyap dan kemudian akan diisi tempatnya oleh energi keikhlasan. Rasa tak nyaman yang menyertainya pun akan ikut lenyap. Memang tidak gampang, kalau gampang dunia ini akan aman, pasti dimana-mana kita akan selalu ketemu dengan manusia-manusia yang berhati ikhlas dan pemaaf, jadi semua itu harus terus menerus dilatih.
Mengenai tekniknya, Nunu menyebutnya sebagai ”meditasi rasa”. Meditasi ini bisa kita lakukan setiap saat dan bermanfaat untuk membebaskan kita dari energi-energi negatif yang membuat kita merasa tidak nyaman dan berpotensi menimbulkan penyakit. Sehingga akhirnya dalam hati akan muncul perasaan bebas, ringan, dan benar- benar plong cess .. pleng gitu lho ... !!. Kita pun jadi mampu berpikir lebih jernih dan melihat tujuan hidup dengan lebih jelas dan terang benderang.
Damai dan bahagia karena ikhlas.
Satu hal yang pasti, keikhlasan akan mendekatkan manusia kepada kebahagiaan. Karena kebahagiaan sejati, yang merupakan salah satu getaran tertinggi di alam semesta, hanya bisa ditemukan di dalam hati yang ikhlas. Begitu pula dengan kedamaian dan kesuksesan yang sejati. Jadi, sia-sia saja jika kita masih berusaha mencarinya di luar diri dengan memuaskan segala keinginan dan menutupi ketidakcukupan yang tidak berujung.
Semua itu bisa dibuktikan dengan orang yang telah berpengalaman yang telah mempraktikkan ikhlas dalam kehidupannya sehari-hari. Pada umumnya mereka semua memperlihatkan perubahan yang positif dalam kehidupannya.
Simak saja contoh pengalaman seorang aktivis LSM yang tadinya perokok berat, setelah ikhlas untuk berhenti merokok ia menjadi mampu berhenti merokok dengan sendirinya. Juga Ferdi, pria muda yang sudah sedemikian lama tidak mampu memaafkan ayahnya karena masalah berat di antara mereka, setelah ikhlas memaafkan ayahnya ia menjadi begitu mudah memaafkan, bahkan siapa saja.
Tak terhitung jumlah mereka yang mendapatkan kemudahan dalam hidup maupun kesuksesan dalam berusaha. Atau, terbebas dari masalah keluarga yang telah berlangsung lama. Begitu juga peningkatan dalam hal kesehatan, karena secara otomatis muncul pula kesadaran untuk mempraktikkan pola hidup dan pola makan yang sehat.
Yudhi Sujana, seorang instruktur di Katahati juga menuturkan pengalamannya ketika membantu seorang ibu menurunkan berat badannya. Ibu tersebut telah lama berusaha menurunkan berat badannya dengan berbagai cara tapi tak satu pun yang bisa berhasil membuatnya langsing. Kalaupun berhasil biasanya tidak bisa bertahan lama. Tapi dengan ikhlas ia menerima kondisinya, kini tubuhnya justru bisa menjadi langsing dan hal itu bersifat permanen.
Nampaknya ikhlas memang tidak cukup hanya kita baca, ucapkan dan kita mengerti saja. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, setujukah Anda ? Yaa.... Terserah !! anda nggak perlu bayar untuk mencari ikhlas, karena dia ada didalam diri anda sendiri (N) .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar