SELAMAT DATANG DI BLOGGER POTD SATYA BUANA CABANG BENGKULU

Rabu, 25 Mei 2011

MEMAHAMI KEBERADAAN DIRI MELALUI ASPEK BIOLOGIS MAUPUN SPIRITUALITAS

Materi yang dibahas dalam bab ini perlu kami sampaikan, sebab kami menilai apapun sustansi yang akan diuraikan dalam sessi ini sedikit banyaknya sangat bermanfaat guna menuntun pemahaman para peserta dalam memahami keilmuan Satya Buana secara utuh (holistik) dan universal (menyeluruh) tidak terpotong-potong, sehingga apapun kesimpulan yang akan diambil oleh calon perserta ataupun peserta aktif untuk meneruskan berlatih atau berhenti, itu semua tergantung kepada mind set (cara pikir/cara pandang) yang terbentuk dari kefahaman dan kemampuan berfikir anda itu sendiri setelah memahami bab ini.

BENARKAH KEMEGAHAN DAN KEANGKUHAN OTAK MANUSIA MODERN TELAH MELAHIRKAN KEDAMAIAN YANG HAKIKI ??

Pembaca yang budiman, sebagaimana kita telah makfum bahwa kehidupan di era yang serba modern dan globalisasi ini dimana ”Transformasi Ilmu, Pengetahuan dan Teknology Canggih” telah menghasilkan berbagai kemajuan di segala bidang, namun sebaliknya kita pun menyadari bahwa kemajuan tersebut telah membawa dampak positif maupun negatif terhadap manusia mau pun lingkungan hidupnya. Teknology canggih baik ”teknologi antariksa, telekomunikasi, informasi, fisika, kimiawi, biologi, geofisika, persenjataan mutakhir, teknologi ruang angkasa telah mampu menjangkau perut bumi beserta isinya serta menembus ruang angkasa menjangkau ruang antariksa”, telah membawa kepuasan sekaligus kecemasan demi kecemasan akibat dari manfaat yang telah diraih oleh se-kelompok manusia tertentu maupun kemudhoratan yang diakibatkannya terhadap kelompok manusia lainnya. Kemajuan demi kemajuan yang telah dicapai manusia saat ini memang telah dijanjikan Allah dalam firman-Nya sebagai berikut:

Qs. Al-An’am ayat 165: ”Dan Dia telah menciptakan kamu menjadi khlifah (yang berkuasa) di bumi”.

Qs. Hud ayat 61: ”Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan sebagai pemakmurnya (bumi)” .

Manusia sebagai makhluk sosial, sempurna adanya dan unik secara kodrati mempunyai kelebihan-kelebihan yang Allah tidak berikan kepada makhluk lain. Konsekuensi logis hasil olah akal budi manusia atas kelebihan-kelebihannya menghasilkan kemajuan demi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat. Kemajuan modernisasi teknologi dan global menyebabkan hayalan dan impian manusia menjadi kenyataan. Namun, kita harus sadar bahwa semua itu hanyalah sebatas duniawi yang serba relatif dan bersifat maya penuh dengan tantangan serta fatamorgana, sebagaimana digambarkan Allah dalam firman-Nya:
QS. Al- Kahfi ayat 7-8 (18 : 7-8).
Artinya :

a.“Sesungguhnya kami telah membuat apa yang ada di bumi sebagai hiasan baginya, agar kami dapat menguji siapa diantara mereka yang paling baik perbuatannya” (7).

b.“Sesungguhnya kami membuat apa yang ada di atasnya, tanah tanpa tumbuh-tumbuhan” (8).

Buah karya manusia yang serba canggih telah dapat menjangkau bumi beserta isinya, maupun antariksa tersebut, mau tidak mau telah banyak memberikan ”kontribusi baik positif maupun negatif” bagi kehidupan manusia. Namun tanpa disadari ternyata akibat rekayasa olah fikiran dan realisasi ilmu pengetahuan serta teknologi canggih menimbulkan dampak negatif yang tidak kalah dahsyatnya dari pada manfaatnya yaitu timbulnya berbagai fenomena polusi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh telah terjadi ”polusi alam, polusi fisik, polusi psikis, polusi budaya, polusi moral, polusi religius” dan lain-lain, semuanya itu sebagai akibat ulah manusia itu sendiri yang terlepas dari ”akal, moral dan budinya”. Sebenarnya Allah SWT. telah menyindir manusia melalui firman-Nya:

Qs. Al-Baqarah ayat 30: ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Berkata Malaikat: Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah”.

Seandainya jika manusia-manusia tersebut mau menyadari bahwa kodrat dasarnya sebagai hamba Allah yang hidup dimuka bumi ini sebagai ”kholifah” adalah bertugas untuk mengolah alam semesta ini secara arif dan bijaksana. Sebagai makhluk sosial hasil rekayasa teknologinya semestinya bertujuan untuk mencapai kehidupan yang bahagia, tentram, aman, damai dan sejahtera lahir–bathin secara seimbang, serasi dan selaras bersama kelompok manusia lainnya, seperti disinyalir dalam firman Allah:

Q.S. Al-An’am ayat 166: “Dan Dia ialah Yang membuat kamu penguasa di bumi dan Yang meninggikan derajat sebahagian kamu, melebihi sebahagian yang lain, agar Ia menguji kamu dengan apa yang Ia berikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan dikau itu Yang Maha–cepat dalam pembalasan (terhadap kejehatan); dan sesungguhnya Dia itu Yang Maha-pengampun, Yang Maha Pengasih”.

Saat ini, banyak sekali pendapat para ”ahli psichology” yang menyatakan bawa dalam era yang serba modern seperti saat sekarang ini, bahaya yang paling ditakuti oleh manusia bukanlah senjata nuklir atau senjata biologis pemusnah massal, akan tetapi lunturnya ”nilai-nilai fitrah (Iman)” dalam diri manusia. Dimana unsur kemanusiaan di dalam tubuh individu manusia atau kelompok manusia tertentu sedang dalam proses peluruhan dan degradasi secara cepat bagaikan sedang berlakunya ”Hukum Relitivitas Einstein (E = MC2)” demikian cepatnya. Sehingga lahirlah sekarang ini di berbagai belahan dunia sebuah ”generasi (ras bangsa)” yang tidak manusiawi, modern dalam berfikir, tetapi memiliki ”prilaku primitif”. Sehingga otak manusia dapat dikatakan seperti ”mesin robot” yang sudah tidak sesuai lagi dengan kehendak alam serta individu manusia yang fitrah dan jauh menyimpang dari kehendak Allah Yang Maha Suci. Allah pun telah mengingatkan kita melalui ayat-ayat seperti berikut ini:

Qs. Al- Hadiid ayat 20 (57: 20).
“I’lamuu annamaal hayaatuddunyaa lai’buw walahwuw waziinatuw watafaahurun, bainakum watakaashuwum fil amwaali wal aulaad, kamashalighoishin a’jabal kaffaara nabaatuh shumma yahiiju fataraahu musyfaron shumma yakuutuhutoman, wafilaakhirati a’zabun shadhidhun, wamagfiratum minallahi waridwanu, wamalhayaatud dunyaa illa mataa ulghuruur”.

Artinya :

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia adalah main-main dan senda gurau, dan kesenangan dan saling menyombongkan diri diantara kamu, dan saling berlomba-lomba dalam memperbanyak harta dan anak. Itu adalah ibarat hujan yang menyebabkan lebatnya tumbuh-tumbuhan yang menyenangkan para petani, lalu (tumbuh-tumbuhan) itu layu sehingga engkau melihat itu menguning, lalu jadilah itu sekam. Dan di akhirat adalah siksaan yang dahsyat, dan pula pengampunan dari Allah dan perkenaannya. Dan kehidupan dunia itu tiada lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Manusia telah terprogram untuk berlomba-lomba merebut pemenuhan kebutuhan materi yang terjual laris di berbagai bursa transaksi ekonomi dan derajat kekuasaan dalam upaya saling mengungguli untuk menduduki kursi pranata sosial dan nilai prestise tertinggi di tengah-tengah masyarakat atau bangsanya. Akhirnya pada suatu saat nantinya individu atau kelompok manusia itulah yang harus menebusnya dengan harga yang mahal. Jangankan orang dewasa, perhatikanlah bagaimana generasi anak-anak sekarang dimana pertumbuhan ”skor IQ-nya” makin melenjit tajam jauh diatas angka rata-rata terutama dibelahan bumi barat seperti Amerika dan Eropa serta beberapa Negara Asia Timur Jauh.

Qs. At-Takatsur ayat 1-4: ”Bemegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat dari perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”.

Akan tetapi anak-anak mereka tersebut telah tumbuh dalam suasana ”kekeringan kasih sayang, kekosongan rohani, kesombongan, keangkuhan, kesepian jiwa, tidak memiliki sopan santun, depressi mental, gampang emosional, sulit diatur, ingkar, cepat gugup dan cemas menghadapi masalah, mudah putus asa, dan sering agressif”, akibat terjadinya penurunan secara drastis ”Kecerdasan Emosinya/EQ” apalagi kecerdasan ”Spiritualnya/SQ-nya” malah kosong melompong. Fenomena seperti diatas-pun telah di ingatkan Allah melalui firman-Nya:
QS. Bani Israil ayat 37-39 ( 17: 37-39 ).


a.“Dan janganlah berjalan dibumi dengan bersorak-sorak (melampaui batas) karena sesungguhnya engkau tak dapat membelah bumi dan tak pula mencapai setinggi gunung.” (37)

b.“Semua itu keburukannya, amat dibenci di hadapan Tuhan dikau.” (38)

c.“Ini adalah sebagian hikmah yang diwahyukan oleh Tuhan dikau kepada engkau. Dan janganlah menyekutukan Allah dengan Tuhan lain, agar engkau tak dilemparkan dalam Neraka, tercela, terlempar.” (39)

Di luar maupun di dalam jasmani manusia, terjadi peningkatan beban ”tekanan psikis” akibat adanya cengkraman penyimpangan prilaku alam sebagai dampak kerusakan lingkungan ekologi yang berpuncak dengan ”sobeknya lapisan ozon” sebagai prisai bumi dari terpaan radiasi sinar ”Gama dan Ultra Violet” yang memiliki energi yang besar dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sehingga terjadilah polusi yang merobek-robek tatanan kehidupan semesta baik di perairan maupun di daratan bumi dan bermunculannya berbagai jenis penyakit baru yang menyerang tubuh manusia baik fisik maupun psikis. Akibatnya dana yang dihabiskan untuk kebutuhan medis menjadi membengkak, sementara tingkat kekebalan tubuh manusia semakin rentan. Sedangkan penyakit-penyakit baru yang belum dikatahui cara penyembuhannya bermunculan, seperti ”AIDS, HIV, SARS, Flu Burung, DBD, Ebola, Indigo, Cikunya dan baru-baru ini flu babi” dan lain-lain.

Menurut pandangan syari’at, ini semuanya disebabkan oleh adanya polusi sebagai akibat dari penyimpangan prilaku alam, bisa jadi menurut pemahaman Hakekad adalah akibat kemarahan dari alam itu sendiri, tidak lain karena akibat ulah sekelompok manusia yang telah berbuat semena-mena sehingga berdampak timbulnya penyakit jasmani, rusaknya tatanan tubuh bioplasmik (tubuh eterik/ruh hayati), kekacauan gelombang bielektromagnetik dan penyimpangan beberapa kelaziman di alam semesta. Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya sebagai berikut:

Qs. Bani Israil ayat 16: ”Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami suruh orang-orang kayanya (mengerjakan perintah-perintah Kami), tetapi mereka mendurhakainya, karena itu pantaslah turun azab atas mereka, lalu Kami hancurkan dia sehancur-hancurnya”.

Qs. Al-Rum ayat 41: ”Keboborokan telah timbul di daratan dan lautan karena ulah tangan manusia, agar Ia membuat mereka merasakan sebahagian dari apa yang mereka lakukan, sehingga mereka mau kembali”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar