SELAMAT DATANG DI BLOGGER POTD SATYA BUANA CABANG BENGKULU

Kamis, 22 Desember 2011

Energi Listrik Jalankan Fungsi Tubuh Manusia




Sebelum manusia mengenal listrik, ternyata Allah SWT telah menggelarkan listrik dalam tubuh manusia secara sangat canggih, bahkan sejak dari dihadirkan-Nya manusia pertama di bumi. Sel-sel dalam tubuh manusia yang jumlahnya lebih dari satu triliun masing- masing mempunyai muatan listrik sebesar 90 mV dengan muatan positif di luar membran sel dan muatan negatif di dalamnya.
Bila dapat dibuat hubungan seri dalam masalah listriknya antara satu sel dengan sel lain, maka memang tubuh manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga listrik. Misalnya untuk menghasilkan tegangan 220V (tegangan listrik rumah tangga) diperlukan hubungan seri 2500 sel saja, sedangkan tubuh manusia mengandung lebih dari satu triliun sel. Apakah hal yang demikian dapat dilakukan dalam tubuh manusia? Entahlah. Tetapi memang ada diberitakan, orang dapat menyalakan bola lampu hanya dengan memegang kutub-kutubnya, sehingga kiranya memang bukan hal yang mustahil, sebab bahan bakunya telah tersedia dalam tubuh manusia itu sendiri.
Semua alat tubuh manusia dalam menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan masalah listrik ini, khususnya saraf dan otot jantung. Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik dalam tubuh, sebaliknya gangguan listrik pada suatu alat tubuh dapat menimbulkan gejala penyakit. Misalnya radang (selaput) otak dapat menimbulkan gangguan listrik pada otak, sehingga menyebabkan terjadinya kejang-kejang; sebaliknya gangguan listrik pada otak dapat menimbulkan gejala penyakit misalnya epilepsi (ayan). Hal yang sama dapat terjadi, baik pada otot maupun pada jantung, misalnya iskemia (kekurangan darah) atau infarct (kematian jaringan) otot jantung dapat menyebabkan gangguan tata listrik jantung, sebaliknya gangguan tata listrik jantung dapat menimbulkan gangguan irama denyut jantung (extra systole).
Hal-hal tersebut di atas dikemukakan, olehkarena ada disebut-sebut bahwa tenaga dalam ditimbulkan sebagai hasil dari pengaturan tata listrik dalam tubuh yang kemudian menghasilkan medan elektromagnetik yang mengelilingi tubuhnya. Bila memang demikian masalahnya, maka adanya medan elektromagnetik tersebut tentulah akan dapat dibuktikan berdasarkan hukum-hukum fisika. Contoh: sebuah kumparan kawat listrik yang diletakkan dekat pada sebuah kompas; bila kumparan itu kemudian dihubungkan dengan sumber arus listrik searah (batu baterai, accu), maka akan segera terbentuk medan elektromagnetik sekitar kumpatan itu. Bersama dengan terbentuknya medan elektromagnetik, maka jarum kompas (jarum kompas tiada lain adalah sebuah magnet) akan menunjukkan pergerakan. Makin kuat sumber arusnya, makin kuat dan luas medan elektromagnetik yang terbentuk dan makin besar terjadinya pergerakan jarum kompas itu. Demikian juga dalam hal jaraknya; makin dekat letak kompas terhadap kumparan makin besar pergerakan jarum kompas itu yang terjadi. Akan tetapi ada satu posisi tertentu di mana jarum kompas dapat sama sekali tidak bergerak, berapapun arus listrik yang dialirkan melalui kumparan, yaitu bilamana posisi kumparan kawat itu sedemikian rupa, sehingga arah medan elektromagnetik yang dihasilkan kumparan tepat sama dengan arah medan magnetik yang dihasilkan oleh jarum kompas itu.
Pada dasarnya semua orang mempunyai tenaga dalam, hanya saja tenaga dalam pada manusia biasa yang belum diolah masih dalam arah yang simpang-siur sehingga "tidak muncul ke luar". Tetapi bila kemudian diolah (melalui olah tenaga dalam) dan "dibuka" (oleh orang bertenaga dalam yang telah mampu), dan selanjutnya proses demikian diulang-tingkatkan (diulang dan ditingkatkan) lebih lanjut, maka keadaannya adalah ibarat besi lunak yang secara bertahap diolah menjadi baja dan pada setiap akhir tahap pengolahan diperkuat sifat magnetnya. Demikianlah, maka dengan melalui proses yang kira-kira serupa dapatlah dikembangkan tenaga dalam pada seseorang dan jadilah ia kini memiliki tenaga dalam yang "telah terwujud".
Dalam kaitan dengan proses tersebut di atas tadi, kiranya memang sangat beralasan adanya syarat minimal telah menjalani sekian kali latihan (24x) pada setiap tingkat, sebelum diizinkan mengikuti ujian kenaikan tingkat berikutnya ("dibuka" lebih lanjut). Selanjutnya, sebagaimana jarum baja yang telah dibuat magnet menjadi peka terhadap hal-hal yang bersifat (elektro)magnetik, maka orang yang "telah memiliki" tenaga dalam dapat menjadi peka terhadap adanya getaran-getaran yang bersifat tenaga dalam, baik yang berasal dari manusia ataupun sumber-sumber lainnya yang bersifat nyata maupun yang bersifat ghaib.
Orang yang sedang "dibuka" adalah ibarat jarum baja yang sedang diperam dalam kumparan kawat arus listrik searah atau ibarat sedang digosok-gosokkan kepada suatu magnet agar letak molekul-molekulnya menjadi teratur dan searah, atau dengan perkataan lain arah molekul-molekulnya sedang dibuat menjadi "sinkron". Pengertikan "dibuka" lebih tepat bila diartikan di"sinkron"kan, oleh karena pengertian di"buka" memang sering diasosiasikan kepada adanya "sesuatu" yang dimasukkan ke dalam diri orang yang di"buka" oleh orang yang mem"buka", sedangkan sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang dimasukkan oleh yang mem"buka" ke dalam diri orang yang di"buka".
Semua aktivitas fisiologis dalam tubuh manusia berhubungan dengan peristiwa listrik. Penyerang dengan emosinya yang berkobar dan maksud jahatnya untuk mencelakakan yang akan diserang, akan mempolakan cara menyerang dalam otaknya dan kemudian mewujudkannya dengan pergerakan kekuatan otot yang cukup besar. Kesemuanya ini berkaitan dengan peristiwa listrik dalam tubuhnya. Makin kuat emosinya dan makin keras upayanya untuk mencelakakan, maka makin besar terbangkitnya peristiwa listrik dalam tubuhnya. Pembangkitan peristiwa listrik dalam tubuh yang diluar kebiasaannya ini akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang berbeda arah dengan gelombang elektromagnetik orang bertenaga dalam yang akan diserang. Akibatnya ialah, gelombang elektromagnetik penyerang mengalami perubahan (terinduksi) dengan akibat lebih lanjut menjadi kacaunya gerakan menyerangnya, yang wujudnya ialah menjadi terpentalnya penyerang tersebut.
Keadaan tadi kiranya sama dengan jarum kompas yang didekatkan dengan letak yang tidak sesuai dengan arah gelombang elektromagnetik kumparan tersebut, yang akan menyebabkan jarum kompas itu bergerak. Bila orang yang diserang tidak mempunyai tenaga dalam, peristiwa seperti contoh di atas tidak akan terjadi, oleh karena orang yang tidak mempunyai tenaga dalam tidak memancarkan gelombang elektromagnetik dalam tubuhnya.
Ada satu pertanyaan. Mengapa bukan orang yang bertenaga dalam yang mental oleh pengaruh gelombang elektromagnetik orang yang menyerang? Hal ini pada umumnya tidak akan terjadi, oleh karena orang yang akan diserang biasanya berada dalam posisi tubuh yang lebih stabil dan akan lebih baik lagi bila orang itu juga berada dalam kondisi emosional yang tenang. Di samping itu, gelombang elektromagnetik orang yang bertenaga dalam lebih besar, sudah mapan dan mantap (selalu ada) dibandingkan dengan gelombang elektromagnetik "bangkitan sewaktu" dari orang yang sedang emosi. Makin besar tenaga dalam yang dimiliki orang yang akan diserang, makin tebal selubung gelombang elektromagnetiknya, sehingga semakin sulit bagi penyerang untuk mendekati orang yang akan diserangnya. Ibaratnya jarum kompas (apalagi jarum kompas "bangkitan sewaktu") tidak akan mampu menggerakkan besi magnet dan semakin besar magnet itu, maka jarum kompas yang didekatkan kepadanya sudah bergerak walaupun jaraknya masih jauh.
Kita kembali lagi, kalau orang tersebut tidak bermaksud menyerang, sekalipun ia mengerahkan kekuatan otot yang cukup besar, gerakannya tidak akan menjadi kacau karena arah gelombang elektromagnetiknya searah dengan gelombang elektromagnetik orang yang mempunyai tenaga dalam. Keadaannya sama dengan jarum kompas yang terletak dekat pada kumparan kawat dengan arus listrik searah dengan posisi sedemikian rupa, sehingga arah gelombang elektromagnetik kumparan sama dengan arah gelombang elektromagnetik jarum kompas itu, sebagaimana yang telah dikemukakan di bagian depan.
Sebuah pertanyaan lagi. Bagaimana bila si penyerang itu juga bertenaga dalam? Perlu diketahui bahwa sesama tenaga dalam adalah gelombang elektromagnetik yang searah, sehingga tidak akan saling berbenturan. Yang akan berbenturan ialah gelombang elektromagnetik "bangkitan sewaktu" hasil dari luapan emosi seseorang terhadap gelombang elektromagnetik tenaga dalam orang lain. 
Wallahhualambissawab.................segala sesuatunya manusia hanya bisa beriktiar namun Allah sematalah yg menetukan semuanya.

Jika Takabur, Habislah Satya Buana


Kharisma Abadi *)
Suatu malam di awal Tahun 1990-an. Jarum pada jam dinding menunjukkan jam 12 malam lebih. Ketika itu, Pak Wono – panggilan Drs Edi Suwono- sedang bersantai di rumahnya yang terletak di Jalan Diponegoro, Pasuruan Jawa Timur. Suasananya sudah sepi. Sejumlah pasien yang minta diterapi Pak Wono sudah pulang. Pak Wono hanya ditemani seorang murid. Namanya Michael Kusuma.
Michael adalah salah satu murid Pak Wono yang sebenarnya termasuk senior. Dia warga etnis Tionghoa, tetapi sangat percaya dengan apa yang diajarkan mendiang Pak Wono. Waktu itu, POTD Satya Buana belum lahir. Di masa tersebut, Pak Wono dan Michael masih mengikuti disiplin ilmu tenaga dalam lain.
Sambil menikmati angin malam dan heningnya suasana, terjadi obrolan berikut.
“ Suatu saat nanti, akan ada ilmu baru yang akan turun melalui bapak,” ujar Michael.
“Ah…mosok sih mas….nggak mungkin….ada-ada saja…,” jawab Pak Wono sambil tertawa lepas.
“ Iya Pak, nanti anda akan jadi gurunya dan memimpin banyak orang,” tegas Michael lagi, seolah ingin meyakinkan Pak Wono.
Pak Wono kembali tertawa mendengar celetukan Michael yang spontan itu.
*******
Kisah tentang perbincangan santai yang belakangan menjadi pertanda awal turunnya ilmu Satya Buana itu disampaikan Michael kepada saya, kemarin (09/06). Kami bertiga (bersama istri Michael) baru saja pulang dari Kota Pasuruan, untuk bertakziyah atas wafatnya Ny Marie Endah, istri Pak Wono yang meninggal karena sakit.
Sering memang, disaat orang-orang yang kita cintai sudah meninggalkan kita, justru muncul kisah-kisah menyentuh sarat makna yang layak dijadikan pelajaran dan mengandung hikmah.
Tidak ada yang tahu pasti, bahwa ternyata penglihatan Michael di awal Tahun 1990-an itu benar adanya. Pak Wono sendiri pernah mengatakan kepada saya, bahwa dirinya tidak pernah berambisi membuka perguruan tenaga dalam. Pasalnya, tanggung jawabnya terlampau berat karena menyangkut nasib dan hubungan manusia kepada Tuhannya. Salah mengajarkan tenaga dalam, bisa jatuh ke syirik dan itu berarti masalah berat menghadang di akherat.
Atas perkataan Pak Wono kepada saya tersebut, saya ingin mencari konfirmasi. Dan itu sudah terjawab ketika Michael menceritakan kisah sebagaimana sudah saya ungkap di awal tulisan ini. Berarti, Pak Wono memang benar tidak berambisi membuat perguruan tenaga dalam.
Kelahiran POTD Satya Buana sendiri tak bisa dilepaskan dengan serangkaian peristiwa spiritual. Sehabis buka puasa di malam ke-23 Bulan Ramadhan, Pak Wono bersiap untuk menjalankan ibadah salat tarawih. Ketika sedang duduk sendirian di ruang tamu rumahnya, mendadak di teras rumah muncul seorang pengemis tua laki-laki. Pengemis tanpa baju atas dan hanya bercelana pendek itu hanya terdiam di teras rumah. Dia hanya diam. Tidak mengucap satu kata pun, apalagi menengadahkan tangan pertanda meminta uang sedekah.
Melihat pengemis itu, Pak Wono tergerak untuk memberikan sedekah. Selain sedekah berupa uang, Pak Wono juga menyiapkan sepotong baju dan sarung bersih. “Karena waktu itu, saya lihat pengemis itu nggak pakai baju mas. Saya lihat apa yang paling dia butuhkan,” tukas Pak Wono kepada saya, ketika menceritakan awal kejadian sebelum kelahiran POTD Satya Buana.
Begitu Pak Wono keluar kembali untuk memberikan sedekah, ternyata pria tua itu menghilang. Merasa ada yang aneh, pria tua itupun dicarinya. Mulai dari jalan kampung sampai ke jalan raya ditelusuri Pak Wono, namun si pengemis itu menghilang secara misterius.
Pak Wono merasa sedih dan menyesal. Tetapi sekaligus penasaran. Mengapa pria setua itu bisa berjalan begitu cepat dan menghilang, padahal Pak Wono hanya menghabiskan waktu tak kurang dari tiga menit untuk menyiapkan sedekah.
Peristiwa itu rupanya membuka perjalanan spiritual turunnya keilmuan Satya Buana. Sekitar tengah malam di hari yang sama, keilmuan Satya Buana turun kepada Pak Wono sekaligus menunjuknya sebagai pemegang amanah keilmuan Satya Buana. Keilmuan Satya Buana turun dengan nama Al-Mukminun, dan petunjuk spiritual memerintahkan agar Pak Wono membaca QS Al-Mukminun serta memahami arti yang terkandung di dalamnya.
Turunnya keilmuan baru ini tak membuat Pak Wono berbangga diri. Justru dia harus berpikir keras. Melalui dukungan kedua anaknya, Edi Kurniawan (dedet) dan Eny Susyanti, mereka mulai mencari nama untuk keilmuan ini. “Sebab, saya tidak mau menggunakan nama Al-Mukminun sebagai nama perguruan, karena kesannya takabur dan seolah-olah kalau mengikuti ilmu ini, maka seseorang dijamin menjadi orang mukmin,” ujar Pak Wono. Melalui kemampuan spiritual kedua anaknya, “nama Indonesia” yang muncul adalah satria buana. Tetapi, Pak Wono memutuskan untuk mencari nama lagi. “Kesannya masih mencerminkan kesombongan, karena sebutan satria itu seolah kita orang paling hebat. Saya tidak suka,” tegas Pak Wono. Melalui upaya pendekatan diri kepada Allah yang Maha Kuasa, nama yang lahir adalah Satya Buana. Artinya keselarasan dengan buana atau semesta alam. Nama inilah yang dipertahankan sampai sekarang.
******
Pak Wono merasa keilmuan Satya Buana akan terus disempurnakan. Dan perjalanan Satya Buana akhirnya melahirkan tiga cabang keilmuan. Anda pasti sudah tahu, ada senam pernafasan lansia, senam pernafasan anak, dan senam pernafasan khusus wanita. Keilmuan ini semuanya turun ketika Pak Wono masih hidup dan dia sekaligus memberikan arahan-arahan agar keilmuan ini bisa diajarkan pada peserta pelatihan.
Tentang tiga cabang keilmuan ini, beberapa bulan silam Pembina POTD Satya Buana, Ir H Firmansjah, atau yang bisa disapa Pak Firman, bertanya kepada saya : bagaimana dengan mereka yang menolak dan tidak mau mempercayai ketiga cabang keilmuan itu. Bagaimana solusinya. Apa yang harus dilakukan agar segelintir orang yang menolak itu mau menerima perkembangan di Satya Buana.
Jawaban saya begini : kita tidak bisa memaksa orang untuk percaya. Jangankan hanya soal sepele seperti tenaga dalam ini, wong soal agama pun juga tidak ada paksaan kok dalam Islam. Tetapi, bukan berarti ketiga cabang ilmu itu bohongan atau rekayasa. Itu memang benar diamanahkan oleh Pak Wono, maka kita mesti menjalankannya. Untuk pembuktian benar atau tidaknya, hanya ada satu cara. Yaitu saksi yang mengetahui turunnya ketiga cabang ilmu itu harus disumpah dengan Al Quran. Mereka harus mau bersaksi atas nama Allah untuk menegaskan ketiga cabang keilmuan tersebut. Jika setelah sumpah dilakukan, masih ada orang yang hatinya tetap keras tidak mau percaya, ya sudah. Tidak ada upaya apapun lagi untuk meyakinkan, karena tidak ada kesaksian yang lebih tinggi lagi di atas sumpah dengan kitab suci Al Quran.
Pak Firman tampaknya lega dengan jawaban saya ini. Saya memang tak mau bertele-tele membahas sesuatu yang benar, tetapi dipersoalkan dengan berbagai dalih atas nama hawa nafsu. Tidak ada manfaatnya sama sekali.
Begitu juga dengan tudingan miring terhadap figur pemimpin POTD Satya Buana saat ini. Kepada para pemimpin POTD Satya Buana sekarang ini, saya selalu memberikan saran agar tidak usah menggubris berbagai tudingan miring itu. Ada yang menuduh bahwa pemimpin POTD Satya Buana berambisi. Ada yang menuding pemimpin POTD Satya Buana mencari kekayaan dengan menjual ilmu, dan sebagainya.
Memang, menuduh dan menuding orang lain adalah pekerjaan yang paling mudah. Fitnah itu paling asyik ketimbang bertabayyun (meminta klarifikasi).
Saya kasihan dengan pemimpin POTD Satya Buana. Mereka tidak pernah melamar untuk menjadi pengurus. Pun tidak mendapatkan fee alias honorarium dari kepengurusan, kecuali yang sudah diatur dalam AD/ART yayasan. Saya lihat, mereka sudah hidup berkecukupan sehingga tak ada gairah untuk menyalahgunakan amanah. Mereka hanya menjalankan amanah menjelang Pak Wono berpulang ke Sang Khalik.
Saat kematian tiba, tak ada teman yang menemani kecuali amal perbuatan dan akidah yang lurus. Kesiapan dan kepasrahan itulah yang hendak dituju, karena hanya Allah-lah tujuan akhir hidup manusia. Dengan landasan itu, apa yang mau disombongkan di Satya Buana ? Keilmuan Satya Buana hakekatnya hanya mengantar seseorang agar siap dan pasrah, bila sewaktu-waktu masuk ke liang lahat. Tidak lebih dan tidak kurang. Jika di antara kita yang sudah siap memikul beratnya tanggung jawab dunia akherat, siap meletakkan satu kaki di surga dan satu kaki di neraka, maka monggo, dipersilahkan mendaftarkan diri menjadi figur pemimpin di POTD Satya Buana. Kami dengan senang hati akan menerima pendaftaran tersebut. (*)
*) Penulis adalah Humas POTD Satya Buana Pusat

Insya Allah, Satya Buana Masih Lurus

Catatan : Kharisma Abadi
Saat anda mendengar istilah tenaga dalam, apa yang kali pertama muncul di benak anda?
Jawabannya pasti beragam. Ada menganggap tenaga dalam (TD) itu pukulan jarak jauh. Atau memukul lawan tanpa disentuh lalu terpental. Atau juga, TD itu memecahkan mampu memecahkan setumpuk balok es, berjalan di atas bara api, kebal bacokan, berdiri diatas kertas yang diangkat, membengkokkan besi, dan sebagainya. Pasti itulah yang muncul di sebagian benak kita, karena memang hanya itulah yang selama ini paling sering didemokan para praktisi TD.
Ada juga yang menganggap TD itu tidak ada dan hanya trik tipuan. Buktinya, kenapa Indonesia bisa dijajah selama 3,5 abad oleh Belanda kalau memang dulu banyak orang sakti yang menguasai TD. Bahkan, ada juga kalangan ekstrim yang mengharamkan belajar TD, karena dari pengalaman mereka, TD itu syirik dan bersekutu dengan jin.
Semua informasi itu bisa anda dapatkan di internet ini. Internet memang gudangnya informasi, mulai baik sampai buruk, mulai benar sampai salah, sampai informasi yang dianggap sampah juga luar bisa berjubel banyaknya. Jangankan soal TD yang remeh, soal perbedaan agama yang sensitif pun juga saling serang di internet.
Pokoknya, anda jangan sampai bingung…kalau bingung,…ya pegangan dong….(he…he…he…)
Banyak definisi tentang tenaga dalam. Namun menurut saya, tenaga dalam itu sebenarnya adalah tenaga bioelektromagnet yang ada dalam tubuh manusia. Bioelektromagnet berhubungan dengan potensi biolistrik dalam tubuh kita, dimana bila ada medan listrik maka dipastikan juga terdapat medan magnet.
Kenapa kita kalah dengan penjajah selama ratusan tahun, padahal banyak terdapat orang sakti di jaman dulu ? Hal itu juga sudah saya jabarkan di tulisan terdahulu. TD atau ilmu kesaktian di nusantara kita saat itu hanya kebal bacokan atau kebal pukulan, tetapi tidak kebal peluru. Maka para pendekar di jaman itu mencari semacam ritual –katakanlah begitu- supaya bisa kebal peluru juga. Karena belajarnya susah, maka tak banyak orang yang bisa menguasai kebal tembakan. Selain itu resikonya nyawa, jadi ya siapa sih yang mau menguji nyawa yang cuma ada satu ini ?
********
Nah…sekarang saya ajak anda untuk masuk ke sesi yang agak serius sedikit…
Saya sebenarnya tidak ingin mengaitkan antara TD dengan agama atau keyakinan, karena ini adalah persoalan sensitif. Saya ingin katakan disini, bahwa orang yang tidak beragama pun bisa belajar TD asalkan tahu tekniknya. Namun saya tidak menjamin jenis energi yang dihasilkan apakah baik atau buruk, benar atau salah.
Belajar TD haruslah ada pembimbing yang jelas dan anda tahu kredibilitas tutor TD anda. Saya sarankan bagi anda yang saat ini punya keinginan belajar TD : jangan pernah belajar membangkitkan TD hanya dari membaca buku, selebaran, atau artikel serta forum di internet. Jangan pernah !
Mengapa ?
Karena saat anda mencoba membangkitkan TD, dengan cara apapun, maka saat itu baik anda sadari atau tidak, tubuh bioplasmik melalui sejumlah titik cakranya sudah menyentuh ribuan bahkan jutaan energi yang ada di alam semesta ini. Parahnya, tidak semua orang mengerti atau paham jenis energi apa saja yang ada di alam semesta ini.
Jutaan energi di alam semesta ini sangat tak terhitung jumlahnya. Tetapi, intinya ada dua : yakni energi negatif dan energi positif. Atau bahkan ada yang samar-samar, yakni energi negatif yang “dipositifkan”.
Jadi pesan yang ingin saya sampaikan adalah : anda harus sangat berhati-hati saat anda ingin belajar tenaga dalam. Dan…harus ada pembimbing, Itu harga mati.
Sekarang, benarkah TD itu haram karena dianggap syirik dan bersekutu dengan jin ?
Untuk pembahasan yang satu ini, hanya berlaku untuk anda yang beragama Islam saja. Bagi yang beragama lain, boleh mengabaikan informasi ini atau boleh menyimaknya sebagai referensi.
Saya mungkin tak akan bisa menjawab soal ini, kalau saya tak pernah meneliti secara khusus tentang TD, khususnya di Indonesia.
Dari pengalaman saya selama belasan tahun terakhir, ditinjau dari sudut pandang akidah Islam, TD memang ada dua, ada TD yang syirik dan ada TD yang tidak syirik. Namun, untuk membedakan hal ini sangat sulit karena batasnya amat tipis. Sangat tipis sekali, sehingga kembali lagi pada point yang saya katakan diatas, belajar TD haruslah berhati-hati.
TD yang syirik adalah TD yang cara pengaktifan tenaga dalam dilakukan dengan metode mencari sumber energi makhluk halus sebangsa jin, siluman, ruh manusia dan sejenisnya. Biasanya, ini dilakukan melalui metode yang disebut pengisian atau meditasi dengan niat tertentu dan dengan bacaan tertentu pula. Setelah diisi kekuatan atau merasa mempunyai kekuatan gaib, maka secara instan seseorang sudah mempunyai power tertentu tergantung dari tujuan pengisian itu sendiri. Selain itu, tujuan,niat, dan penerapan latihan yang tidak jelas dan tidak bisa diterima dengan akal sehat juga menjadi indikator yang mengarah pada adanya unsur syirik dalam sebuah metode tenaga dalam.
Yang lebih parah lagi, orang yang mengisi power TD ke orang lain, boleh jadi juga tidak paham yang dia isikan itu energi apa sebenarnya. Mungkin keyakinannya mengatakan bahwa energi yang diisikan berasal dari Allah swt, tetapi hakekatnya bukan berasal dari Allah. Tenaga yang besar dan kuat itu berasal dari kekuatan jin, yang masuk baik disadari maupun tidak oleh yang mengisikan ilmu dan yang di-isikan ilmu. Dan, saya termasuk orang yang tidak sependapat dengan metode pengaktifan TD melalui cara pengisian
Satya Buana, Tenaga Dalam Pembaharu
Suatu ketika, saya pernah mengatakan secara langsung dihadapan Alm.Drs Edi Suwono (Pembina POTD Satya Buana 1993-2009). Secara tegas saya mengatakan : jika POTD Satya Buana menyimpang atau ada unsur kesyirikan baik dalam penerapan keilmuan dan kepelatihannya, maka saya adalah orang pertama yang akan mengundurkan diri dari kepelatihan ini.
Sikap saya tersebut tidak lepas dari pembekalan yang diberikan oleh Alm Drs Edi Suwono sendiri kepada saya, bahwa menjaga kemurnian akidah adalah harga mati yang tidak bisa ditawar dengan apapun.
Dalam perjalanannya, sampai detik ini, saya belum menemukan adanya keilmuan POTD Satya Buana yang berbelok arah. Apalagi dengan amanah yang sekarang ini diteruskan oleh pengurus pusat POTD Satya Buana pimpinan Pembina Ir H Firmansjah Kartawidjaja, maka kami selaku pengurus pusat benar-benar berhati-hati saat menyampaikan amanah keilmuan maupun kepelatihan POTD Satya Buana.
POTD Satya Buana hingga hari ini masih saya nyatakan sebagai tenaga dalam pembaharu, yang benar-benar berbeda dengan metode tenaga dalam lain, insya Allah baik untuk skala Indonesia sendiri maupun skala internasional. Saat saya mendapatkan kesempatan mengunjungi China, saya menggunakan sistem POTD Satya Buana untuk membandingkan dengan metode tenaga dalam atau chi yang berlaku di Negeri Tirai Bambu tersebut. Begitu juga untuk mengenali energi di Amerika Serikat maupun di Amerika Latin, sistem POTD Satya Buana ini juga mampu berdiri sendiri dan menunjukkan kekhususan sistemnya yang sangat khas, yaitu sistem gelombang getaran vertikal.
Sistem POTD Satya Buana menggunakan bahan baku daya inti bumi atau yang selama ini kita kenal sebagai gravitasi magnet bumi. Sistem ini juga memanfaatkan prana alam sebagai energi magnet terbesar di jagad raya yang menata keteraturan fungsi alam semesta sehingga tidak saling bertabrakan.
Bahan baku ini jelas dan tidak perlu ada keraguan lagi. Dengan memohon ridho Allah, kita mengolah dua unsur alam semesta ini untuk kemaslahatan kita umat manusia. Jurus-jurus di POTD Satya Buana juga semuanya jelas, niatnya diketahui dan manfaatnya jelas diketahui. Apakah boleh mengolah unsur alam semesta ? Tentu boleh, bahkan diperintahkan oleh Allah agar manusia memanfaatkan seluruh potensi alam semesta untuk kebahagiaan hidup manusia.
Daya hisap daya inti bumi dan prana alam yang dilatih secara terus-menerus dan ikhlas, akan memelantingkan limbah fisik, limbah mental, dan limbah rohani dalam diri manusia. Kita semua peserta POTD Satya Buana (yang tetap konsisten berlatih) secara terus-menerus menjalani proses ini menuju kefitrahan (nol), sehingga jelas pula bahwa di POTD Satya Buana tidak ada pengajaran ilmu kesaktian atau kekebalan. Jadi, maaf saja jika ada yang mencari kesaktian dan kekebalan di POTD Satya Buana, maka tidak akan menemukannya sampai tingkat terakhir pun.
Di POTD Satya Buana, sudah ada beberapa peserta yang sudah menyelesaikan tingkatan keilmuan sampai tingkat sepuluh (Satya Buana). Dan, terbukti tidak ada yang “aneh” pada diri mereka yang sudah selesai tingkatannya ini. Selain mereka jauh lebih khusuk beribadah kepada Allah swt, gemar berbuat baik, dan tentunya sudah berpasrah diri kepada Allah bila sewaktu-waktu dipanggil menghadap kehadirat-Nya. Jadi, nilai falsafah setiap tingkatan di POTD Satya Buana itu benar-benar berlaku dan memang dijalankan oleh mereka yang benar-benar ikhlas dalam berlatih di POTD Satya Buana.
Artikel ini saya buat untuk menjelaskan bahwa sampai sejauh ini POTD Satya Buana Insya Allah masih lurus. Sekaligus artikel ini sebagai penjelasan resmi dari Pengurus Pusat POTD Satya Buana untuk menjawab tuduhan-tuduhan tidak mendasar sebagian masyarakat tertentu yang menganggap seluruh tenaga dalam itu sesat dan menyesatkan. Semoga Allah swt mengampuni mereka karena mereka belum mengetahui tentang keilmuan POTD Satya Buana, yang memang rasanya belum banyak orang yang tahu. POTD Satya Buana juga tidak bisa dianggap bid’ah, karena bid’ah ditujukan pada hal yang berkaitan dengan peribadatan atau ritual keagamaan. Sedangkan POTD Satya Buana murni olahraga yang diwujudkan dalam bentuk senam pernafasan dengan kurikulum dan metode yang dibakukan. Karena olahraga, maka POTD Satya Buana tidak mengajak atau mempengaruhi pesertanya menuju suatu aliran tertentu dalam agama. POTD Satya Buana hanyalah metode sederhana, namun mempunyai tujuan yang jelas dan tidak main-main. Tujuannya adalah : mewujudkan kondisi fitrah atau nol dari segala macam limbah fisik,mental, dan rohani.
Tidak ada ilmu rahasia juga di POTD Satya Buana. Semua kurikulum keilmuan dan kepelatihan disampaikan secara jelas dan gamblang oleh pusat POTD Satya Buana. Sampai kepada cabang keilmuan yang baru, seperti senam pernafasan untuk lanjut usia, senam pernafasan untuk wanita, dan senam pernafasan anak-anak. Ini ibarat sistem penjurusan di sekolah atau kuliah, yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan masing-masing peserta.(*)